Sunday 7 August 2016

Kisah Si Kusta, Si Botak dan Si Buta


Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwasanya ia mendengar Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya ada tiga orang dari kaum Bani Israil (Si Kusta, Si Botak, dan Si Buta), Allah ingin menguji mereka, lalu Allah mengutus seorang malaikat kepada mereka”

Malaikat itu mendatangi lelaki yang berpenyakit kusta

Malaikat : “Sesuatu seperti apa yang paling engkau sukai?”

Si Kusta : “Warna (kulit) yang bagus, kulit yang baik, dan juga dihilangkan segala hal yang membuatku dicela orang-orang.”

Lalu Malaikat itu mengusapnya, maka hilanglah cela di tubuhnya, dan ia kini memiliki warna dan kulit yang bagus.

Malaikat : “Harta apa yang kamu suka?”

Si Kusta : “Onta”

Maka malaikat itu memberinya onta yang sedang bunting

Malaikat : “Semoga Allah memberkahi segala yang ada padamu ini”

Lalu malaikat itu mendatangi lelaki yang botak.

Malaikat : “Sesuatu seperti apa yang paling engkau sukai?”

Si Botak : “Rambut yang bagus serta dihilangkan segala hal yang telah membuatku dicela orang-orang.”

Malaikat mengusapnya, hilanglah penyakitnya serta ia diberi rambut yang indah.

Malaikat : “Harta apa yang kamu suka?”

Si Botak : “Sapi”

Sehingga malaikat memberinya sapi yang bunting

Malaikat : “Semoga Allah memberkahi segala yang ada padamu ini”

Kemudian malaikat itu mendatangi lelaki buta.

Malaikat : “Sesuatu seperti apa yang paling engkau sukai?”

Si Buta : “Aku ingin supaya Allah mengembalikan penglihatanku, sehingga aku mampu melihat orang-orang dengannya.”

Malaikat mengusapnya, maka Allah mengembalikan penglihatan kepadanya.

Malaikat : “Harta apa yang kamu suka?”

Si Buta : “Kambing”

Lalu Malaikat itu memberinya domba yang sudah bunting.

Hingga di sana terdapat suatu lembah yang berisi banyak onta (milik orang yang awalnya kusta), di ujung sana ada lembah yang ramai sapi di dalamnya (milik si botak), dan di sini ada lembah dengan banyak domba (milik si buta)

Suatu saat malaikat itu mendatangi si kusta dengan wujud lelaki yang berpenyakit kusta pula.

Malaikat : “Saya adalah seorang lelaki yang nelangsa, sesuatu yang buruk telah menimpa saya dalam perjalanan, hingga sudah tidak ada lagi pertolongan pada hari ini kecuali dari Allah kemudian dari engkau. Kepada engkau yang telah diberi warna yang baik serta kulit yang rupawan, saya meminta seekor ontamu supaya saya bisa kembali kepada keluargaku.”

Si Kusta (dengan berat hati) berkata : “Hak-hak (yang perlu kutunaikan) banyak sekali.”

Malaikat (heran dan merasa aneh) berucap : “Sepertinya aku tahu siapa engkau, bukankah engkau dulu seorang yang berpenyakit kusta, dicela orang-orang, fakir, lalu Allah memberi rizki kepadamu?”

Si Kusta (mengingkari) : “Sesungguhnya aku mewarisi semua harta ini dari nenek moyangku (dari ayah dari kakekku)”
Malaikat : “Jika engkau berdusta, semoga Allah mengembalikanmu seperti keadaanmu yang dahulu.”

Kemudian Malaikat itu mendatangi si Botak dengan wujud lelaki yang botak.

Malaikat : “Saya adalah seorang lelaki miskin, sesuatu yang buruk telah menimpa saya dalam perjalanan, hingga sudah tidak ada lagi pertolongan pada hari ini kecuali dari Allah kemudian dari engkau. Kepada engkau yang telah diberi rambut yang baik, penampilan yang rupawan serta harta ini, saya meminta seekor sapimu, supaya saya bisa melanjutkan perjalanan ini dengannya.”

Si botak (menghardik) : “Hak-hak (yang perlu kutunaikan) banyak sekali.”
Malaikat (heran sekaligus terkejut) : “Sepertinya aku tahu siapa engkau, bukankah engkau dulu seorang yang botak, lalu dicela orang-orang?”     

Si Botak (menyombongkan diri) : “Sesungguhnya aku mewarisi semua harta ini dari nenek moyangku (dari ayah dari kakekku).”

Malaikat : “Jika engkau berdusta, semoga Allah mengembalikanmu seperti keadaanmu yang dahulu.”

Kemudian Malaikat itu mendatangi si buta dengan wujud lelaki yang buta.

Malaikat : “Saya adalah seorang lelaki miskin, sesuatu yang buruk telah menimpa saya dalam perjalanan, hingga sudah tidak ada lagi pertolongan pada hari ini kecuali dari Allah kemudian dari engkau. Kepada engkau yang telah dikembalikan penglihatannya, saya meminta seekor dombamu, supaya saya bisa melanjutkan perjalanan ini dengannya.”

Si Buta (bersyukur dan mengakui butanya yang dahulu) : “Sungguh dahulu aku adalah seorang yang buta lalu Allah mengembalikan penglihatanku, maka ambillah segala sesuatu yang engkau inginkan dan tinggal saja sesuai keinginanmu, maka demi Allah, aku tidak akan menghalangimu dari sesuatu yang akan engkau ambil demi Allah.”

Malaikat : “Peganglah semua hartamu ini, sesungguhnya aku menguji kalian, maka Allah telah meridhoi engkau dan membenci dua orang kawanmu (si Kusta dan si Botak)”

Pelajaran-pelajaran Kisah :

1. Ujian Allah kepada para hambaNya merupakan sunnatullah di muka bumi ini, sebagaimana telah Allah kabarkan di dalam kitabNya.

2. Sebuah ujian bisa berkaitan dengan badan, harta, anak-anak serta yang lainnya.

3. Malaikat mengubah wujudnya di beberapa kesempatan, sebagai manusia, berbicara, mengusap orang yang sakit lalu sembuh dengan izin Allah.

4. Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai oleh orang yang sedang diuji dengan sakit kecuali dengan hilangnya penyakitnya serta diberikan kesembuhan. 

5. Allah Maha pemberi, juga yang menahan sesuatu, memberikan kekayaan, pun menjadikan fakir, dengan takdirNya serta hikmahNya.

6. Dari salah satu tanda tauhid dan etika, adalah engkau menasabkan (mengaitkan) kesembuhan dan kekayaan kepada Allah semata “Sungguh dahulu aku buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku”

7. Seorang manusia yang bodoh adalah yang kikir ketika ia kaya, sedang orang yang berakal adalah yang memberi waktu lapang, sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam, “Tidaklah dari suatu pagi hari para hamba, kecuali ada dua malaikat yang turun, maka berkata salah satu dari keduanya, “Ya Allah, berilah orang yang berinfak itu ganti yang baik ” dan yang lain berkata, “Ya Allah berilah orang yang kikir itu kehancuran“

8. Beberapa orang kaya lupa masa lalu mereka yang fakir dan marah jika mereka diingatkan dengannya.

9. Barangsiapa yang mensyukuri nikmat dan memberikan kelebihan hartanya kepada para fakir, semoga Allah memberkahi ia dan barangsiapa yang kikir maka dia telah menjerumuskan dirinya kepada hilangnya nikmat dan kemarahan Allah yang berfirman, “Sungguh jika kalian bersyukur maka akan aku tambah (nikmat) kalian, dan jika kalian kufur (nikmat) maka sesungguhnya azabKu sangatlah pedih”

10. Mengingkari nikmat sama saja mencari celaka, dan itu adalah sebab kesempitan hidup.

11. Kedermawanan membuat kita mendapat nikmat dan mengenyahkan celaka, menjadikan Allah ridho. Sedangkan kekikiran membuat kita memperoleh keburukan dan kemarahan Tuhan.

12. Seorang yang beriman menepati segala yang telah ia janjikan dan tidak kikir, sedang orang munafik berjanji namun tidak menepati janjinya, sebagaimana Allah berfirman tentang orang-orang munafik itu, “Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah, ‘Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karuniaNya kepada kami, niscaya kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang shalih’”. Dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Ada tiga tanda orang munafik, yakni jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia ingkar, dan jika diberi amanah ia berkhianat”
                
Disarikan dari kisah kedua kitab Min Bada'i al Qasas An Nabawiy karya Muhammad bin Jamil Az Zainu
Penerjemah : Syafiqul Lathif

4 comments:

  1. Mas quds..

    Sangat inspiratif dan mengandung kebaikan kebaikan untuk orang lain yang membaca tulisan ini.

    Tetaplah terus berkomitmen untuk terus update sesuatu yang amat bermanfaat seperti ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mas Mukhofas.. Terima kasih banyak..
      Semoga bermanfaat untuk sesama..

      Mohon bimbingannya..

      Delete
  2. Keren bang. Keep reading and writting :)

    ReplyDelete
  3. Makasih banyak Rizky..
    Thanks for our advice..

    Semoga bermanfaat

    ReplyDelete