Thursday 22 October 2015

Sakit? Memang ada Hikmahnya?

sakit-ridho

Pagi hari yang menyejukkan untuk ke sekian kalinya.

“Dan jika aku sakit, maka Dialah yang menyembuhkanku” (QS. Asy Syu’ara : 80)

Hamdan lillah wa syukron lillah, atas semua karunia yang tak terhitung luasnya, anugerah yang telah diturunkanNya, hikmah yang telah diberikanNya dan hidayah yang telah dimudahkanNya pada orang-orang yang diberikan kebaikan padanya. Apapun yang terjadi pada kita hendaknya memang kita pahami dengan sebaik-baiknya, bahwa di balik semua hal pasti ada “sesuatu” yang sanggup kita pelajari.

Yang kedua setelah syukur pada Allah adalah Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi dan RasulNya yang mulia, yang berada di mata rantai terakhir dari perjalanan panjang para Nabi di muka bumi ini. Dia adalah sebaik-baik manusia di antara kita, sebaik-baik teladan yang patut dan harus kita tiru semampu kita.

Sakit, menurut definisi yang sederhana, berarti rasa tidak sehat yang dirasakan oleh seseorang. Artinya, dia sedang berada pada kondisi tidak fit ketika ingin melakukan suatu hal. Atau fungsi organ tubuh yang dimilikinya berkurang atau sedang tidak bekerja optimal, yang pada kondisi biasanya memang ia mampu bekerja secara optimal.

Menurut kadarnya, sakit dibagi menjadi dua jenis. Yang pertama, sakit ringan dan kedua, sakit berat. Sakit ringan kita bisa misalkan seperti flu, batuk, pilek, demam, keseleo, terkilir, pusing kepala, sakit perut, sakit leher, intinya adalah sakit yang tak terlalu berbahaya pada kondisi tubuh kita. Dan seringkali sembuh dengan meminum atau memakan jenis makanan tertentu atau bahkan hilang dengan sendirinya atau bisa kita katakan, ia sembuh karena antibodinya.

Lalu yang kedua, adalah sakit berat, misalkan, patah tulang, osteoporosis, demam berdarah, malaria, kanker, tumor, dan sebagainya. Yang jelas, kondisi yang dialami oleh si sakit memang sedikit berbahaya atau berbahaya sungguhan. Sehingga penanganannya memang berbeda dengan sakit ringan. Di fase sakit berat semacam ini, penanganannya memang harus ekstra hati-hati dan dilakukan oleh ahlinya dan tidak boleh menyepelekan keadaan itu. Karena sedikit kesalahan saja akan membawa dampak tertentu atas tubuh dan jiwa seorang yang sakit tersebut.

Penjelasan lebih detail dan lengkap memang akan didapatkan jika kita belajar tentang ilmu kedokteran atau kesehatan secara khusus. Namun, pembahasan kali ini memang hanya sebuah kilasan ide, yang bisa jadi nantinya akan menjadi sebuah ide karya tulis yang bisa dipertanggungjawabkan.

Kembali ke pembahasan sebelumnya, bahwa keadaan sakit memang pernah disampaikan oleh Rasulullah sebagai sebuah “pengampunan dosa” yang telah Allah tetapkan bagi hambaNya. Bahkan ada sebuah riwayat mengatakan bahwa terkena duri saja menggugurkan beberapa dosa yang pernah kita lakukan. Sehingga seorang mukmin yang benar-benar beriman akan berusaha bersabar atas takdir yang demikian ini. Bukan berarti yang tidak kita sukai adalah buruk dan tidak berarti yang kita sukai adalah baik. Karena baik buruknya pandangan kita terhadap sesuatu tentu jelas berbeda dengan pandangan Allah atas sesuatu itu. Sedangkan Dia adalah yang Maha mengetahui di atas orang-orang yang mengetahui. Wa fauqa kulli dzi ‘ilmin ‘aliim.

Secara umum maka kita melihat adanya “kesempatan” yang hilang di saat kita sakit. Maksud kesempatan di sini berupa waktu yang kita punya hanya kita habiskan di atas tempat tidur, hal-hal yang biasanya kita kerjakan dan menghasilkan uang atau hal berguna lainnya, untuk sementara waktu harus kita tunda dahulu hingga kondisi kembali membaik. Pembelajaran kita atas suatu ilmu, tatkala kita sakit, mau tidak mau, suka tidak suka, rela tidak rela memang sementara waktu perlu kita hentikan, dan begitulah nasib semua hal yang biasa kita lakukan untuk mengisi hari-hari kita, berganti dengan sebuah istirahat yang menunggu waktu kesembuhan kita. Sehingga kesadaran kita di saat sakit memang diuji. Kesadaran iman kita yang selama ini kita miliki, serta pembaharuan iman kita untuk waktu yang akan datang.

Memang tidak aneh, jika setelah seseorang sakit kemudian sembuh, kekuatan iman yang ada di dalam dirinya menjadi kuat, dan banyak memahami hikmah Allah lebih cepat daripada selain dia. Karena waktu-waktu yang berjalan saat dia sakit memberikan banyak pelajaran dan kesadaran tentang arti takdir Allah. Dan hanya kepadaNya kita memohon. Billahi taufiq wal hidayah.

Saat membuka lembaran-lembaran lama, dan menemukan sesuatu yang berharga.

Kamis, 22 Oktober 2015, di atas jalan yang berdebu.

No comments:

Post a Comment