Saturday 6 August 2016

Kisah Pemuda Beriman dan Seorang Penyihir

Dari Shuhaib Radhiyallahu ‘Anhu, dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam

Dahulu kala sebelum kalian terdapat seorang raja, dan ia memiliki seorang penyihir. Ketika penyihir tersebut menua, ia berkata kepada raja, “Sesungguhnya aku telah tua, maka utuslah seorang pemuda supaya aku mengajarinya sihir ini” Maka diutuslah seorang pemuda kepadanya supaya ia mengajarinya. 

Dan di jalan yang dilalui pemuda itu ia bertemu dengan seorang rahib, sehingga ia duduk dengannya dan mendengarkan perkataan (ilmu)nya, hal itu membuatnya takjub. Maka setiap kali ia akan mendatangi penyihir, ia melewati rahib dan duduk dengannya. Sehingga tatkala ia sampai ke tempat penyihir, ia memukulinya (karena terlambat), lalu ia mengadu kepada rahib, dan rahib tersebut berkata, “Jika kau takut kepada penyihir, katakanlah ‘keluargaku menahanku’ dan jika kau takut kepada keluargamu, katakanlah ‘Penyihir itu menahanku”

Pemuda itu dan Seekor Ular

Suatu saat ketika pemuda itu berjalan, ia melihat seekor hewan besar (ular) yang menghalangi orang-orang. Pemuda itu berkata dalam hatinya, “Hari ini aku akan mengetahui penyihir ataukah rahib yang lebih hebat?” 

Pemuda itu mengambil batu, “Ya Allah jika perkara rahib lebih Engkau cintai dari penyihir maka bunuhlah hewan ini sehingga orang-orang bisa melewati jalan ini” Lalu pemuda itu melempar hewan tersebut dan mati, hingga orang-orang bisa melewati.

Pemuda itu datang kepada rahib dan menceritakan yang terjadi.

Rahib takjub, “Wahai anakku, hari ini kau lebih hebat daripada aku, aku melihat bahwa ilmumu telah mumpuni, nanti engkau akan diuji, ketika diuji janganlah kau menunjukku”
Pemuda itu mampu menyembuhkan orang yang buta (sejak lahir) dan orang berpenyakit kusta, serta mengobati orang-orang dari segala penyakit.

Pemuda dan Seorang Buta

Penasihat raja mendengar berita itu dan ia adalah seorang buta, maka ia mempersiapkan banyak hadiah untuk pemuda tersebut.

Ia berharap, “Semua hadiah ini akan menjadi milikmu jika kau sanggup menyembuhkanku”

Pemuda itu berkata bijak, “Sesungguhnya aku tidak mampu menyembuhkan seorangpun, hanya Allah semata yang sanggup menyembuhkan, jikalau engkau beriman pada Allah, aku akan berdoa pada Allah supaya kau sembuh”. 

Berimanlah penasihat raja dan Allah menyembuhkan butanya.

Penasihat itu datang kepada raja, kemudian ia duduk di tempatnya semula (sebagaimana ia duduk biasanya)

Raja itu takjub, “Siapa yang mengembalikan penglihatanmu?”

Penasihat itu tersenyum gembira, “Tuhanku”

Raja itu menukas, “Apakah kau memiliki tuhan selain aku?”

Penasihat itu tetap tersenyum, “Tuhanku dan tuhanmu adalah Allah”

Maka raja itu menyiksanya dan terus menyiksa hingga ia menunjukkan kepada pemuda tersebut.

Raja menghardik, “Wahai anakku, nampaknya telah hebat ilmu sihirmu sampai bisa menyembuhkan orang buta dan kusta, dan kau melakukan ini dan itu”

Pemuda berkata, “Sesungguhnya aku tidak menyembuhkan seorangpun, hanya Allah semata lah yang sanggup menyembuhkan”

Adzab Orang yang Beriman

Raja menyiksa pemuda itu, dan terus menyiksanya hingga ia menunjuk sang rahib, maka didatangkan rahib itu, lalu dikatakan padanya, “Kembalilah kepada agamamu! (nenek moyang)” ia menolak. Maka raja mengambil gergaji, kemudian diletakkan di tengah kepala rahib, membelahnya hingga menjadi dua bagian, hingga tergeletak di lantai.

Kemudian didatangkan pula penasihat tadi, lantas dikatakan padanya, “Kembalilah kepada agamamu” ia menolak. Maka sama dengan rahib tadi, badannya dibelah menjadi dua bagian, dan terjatuh di lantai. 

Pemuda itu Diadzab

Pemuda itu didatangkan kepada raja, lalu dikatakan kepadanya, “Kembalilah kepada agamamu” maka ia menolak. Kemudian raja menyerahkan ia kepada sekelompok pasukannya.

Raja marah, “Pergilah kalian ke gunung ini dan ini, naiklah dengan membawanya, kemudian jika kalian sudah sampai puncaknya, paksalah ia supaya kembali ke agamanya, jika ia menolak, lemparkan saja!”

Mereka pergi membawa pemuda itu, dan menaiki gunung.

Pemuda itu mendoakan keburukan atas mereka, “Ya Allah, selamatkanlah aku dari mereka dengan kehendakMu” 

Gunung yang mereka naiki bergoncang keras, sehingga mereka terjatuh. Pemuda tadi datang kepada raja dengan berjalan.

Raja (dalam kebingungan dan tidak percaya), “Apa yang telah diperbuat orang-orang yang bersamamu?” 

Pemuda menjawab (dengan keberanian dan keimanan), “Allah telah menyelamatkanku dari mereka” 

Lalu raja menyerahkan ia kepada sekelompak pasukannya yang lain.

Raja berkata, “Pergilah kalian dengannya, bawalah ia dengan perahu ke tengah laut, paksalah ia untuk kembali ke agamanya, jika enggan, buanglah ia ke laut!” Lantas mereka pergi membawa pemuda itu.

Pemuda itu berdoa, “Ya Allah, jagalah aku dari mereka dengan kehendakMu”

Perahu itu terbalik lalu tenggelamlah mereka, lalu pemuda itu datang kepada raja dengan berjalan kaki.

Raja (marah dan merasa terhina) berkata, “Apa yang diperbuat orang-orang yang bersamamu?” 

Pemuda (dengan tenang dan keteguhan hati) menjawab, “Allah telah menjagaku dari mereka”

Pemuda itu Mengorbankan Dirinya

Pemuda berkata kepada raja, “Sesungguhnya engkau takkan mampu membunuhku sampai engkau melakukan apa yang kupinta”

Raja (dalam keadaan lemah dan putus asa) menjawab, “Apa itu?”

Pemuda itu berkata, “Engkau kumpulkan orang-orang di suatu tanah lapang, kemudian engkau saliblah aku di atas sebatang kayu, lalu ambil panah dari kinanah ku, kemudian letakkan panah pada tali busurnya, katakanlah, “Dengan menyebut nama Allah tuhan pemuda ini”. Lalu panahlah aku, jika kau melakukan itu niscaya kau sanggup membunuhku.

Raja kemudian mengumpulkan orang-orang di tanah lapang, menyalib pemuda itu di atas sebatang kayu, lalu mengambil sebuah panah dari kinanah pemuda tersebut, kemudian meletakkan panah di tengah tali busur itu, menariknya seraya berkata, “Dengan menyebut nama Allah, tuhan pemuda ini” lalu melepaskan panahnya, dan mengenai tepat di pelipisnya. Pemuda itu menggerakkan tangannya, meletakkan di pelipis, tepat di tempat panah itu kemudian meninggal.

Orang-orang kemudian berkata lantang, “Kami beriman dengan tuhan pemuda ini, kami beriman dengan tuhan pemuda ini!!”

Seorang pasukan datang menghadap raja

Pasukan itu (menyesal) berkata, “Apakah kau melihat sekarang, yang sering kau takutkan dahulu? Sungguh demi Allah telah terjadi apa yang kau takutkan itu, orang-orang sungguh telah beriman”
Raja (menjaga kedaulatannya) memerintah, “Kalian galilah parit-parit dengan jalan yang sempit di pinggirnya  dan nyalakan api di dalamnya, dan siapa saja yang enggan kembali kepada agamanya lemparkan ke dalamnya!” 

Para pasukan berdiri di tepi-tepi parit, memperlihatkan api itu kepada orang-orang beriman, dan memaksa mereka kembali kepada agama mereka, maka siapa saja yang enggan kembali, mereka jatuhkan ke dalam api.

Di salah satu tepi api yang menyala itu, seorang wanita berdiri bersama bayi susuannya, takut dan ragu-ragu, ingin mundur ke belakang, khawatir terjatuh ke dalam api. 
Hingga bayi susuannya itu berujar, “Wahai ibunda, bersabarlah, sesungguhnya engkau berada di atas kebenaran”

Orang-orang Kafir itu Terbakar

Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang beriman baik laki-laki maupun perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab jahannam, dan bagi mereka azab yang membakar”

1. Ibn Jarir berkata setelah menyebutkan kisah Ashabul Ukhdud, “Saya katakan bahwa itu lebih dekat dengan kebenaran bagi yang kami sebut dari Rabi’, alasannya : bahwasanya Allah mengabarkan bahwa bagi mereka azab yang membakar bersamaan dengan azab jahannam, dan jika mereka tidak diazab di dunia, maka itu tidak sesuai dengan firmanNya, “Dan bagi mereka azab yang membakar” Makna yang dipahami dari kabar itu bahwasanya bagi mereka azab jahannam, karena azab jahannam adalah azab yang membakar bersamaan dengan seluruh jenis azab di akhirat.

2. Al Qurthubi dalam tafsir firman Allah ta’ala, “Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan bagi orang-orang beriman laki-laki dan perempuan” yakni mereka (orang kafir) membakar mereka (orang-orang beriman) dengan api, maka bagi mereka azab jahannam sebab kekafiran mereka, dan bagi mereka azab yang membakar di dunia sebab mereka membakar orang-orang beriman dengan api.

Dan dikatakan, “Jahannam dan bagi mereka azab yang membakar” yakni dan bagi mereka di akhirat azab tambahan di atas azab kekafiran mereka terhadap pembakaran mereka terhadap orang-orang beriman.

Pelajaran Kisah : 

1. Setiap bayi terlahir dalam keadaan fitrah. Maka fitrah yang benar adalah yang selalu bersama kebenaran dan kebaikan serta menolak keburukan. Di sini, pemuda itu berjalan di atas kebaikan ketika mendengar kebenaran dari sang rahib dan mencampakkan keburukan yang tervisualisasikan dalam diri penyihir kafir.

2. Tidak masalah berdusta demi keselamatan dari tipu daya orang-orang kafir di saat darurat.

3. Pemuda itu mengetahui fitrahnya bahwasanya kebenaran membersamai rahib, akan tetapi ia ingin menegakkan hujjah (seperti Ibrahim) yang menyampaikan hujjah pada kaumnya.

4. Berdoa kepada Allah supaya Dia menampakkan kebenaran, menjelaskan jalan yang benar, menghapus keraguan dengan keyakinan, dan ini adalah keadaan seorang mukmin yang senantiasa mengadu pada Allah saat ia tertimpa masalah.

5. Menyingkirkan gangguan dari jalan dan menyelesaikan perkara orang-orang dari kesulitan yang menimpa mereka, disyariatkan, diperintahkan serta akan dibalas dengan pahala. Sebagaimana yang dijelaskan oleh kisah-kisah di atas.

6. Orang yang beriman lagi benar adalah dia yang mengatakan bahwa karomah itu dari Allah, bukan dari dirinya sendiri.

7. Pengakuan terhadap suatu kelebihan atau keutamaan sekalipun kepada seorang anak kecil : “Wahai anakku, hari ini, engkau lebih hebat dari pada aku”       

8. Setiap perkara yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari yang mungkar, menyuarakan kebenaran, bukanlah sesuatu yang mengherankan jika kelak ia akan diuji, maka wajib baginya untuk bersabar, sehingga baginya pahala yang besar di sisi Allah, Allah berfirman melalui lisan Luqman saat menasihati putranya, “Wahai putraku, dirikanlah salat, perintahkanlah (manusia) berbuat baik, cegahlah mereka dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya itu termasuk perkara yang utama” 

9. Setiap orang yang melakukan kesalahan ketika mengungkapkan sesuatu, ia tidak boleh ditinggalkan begitu saja, tetapi perlu dijelaskan baginya sisi kebenaran yang sesungguhnya, terutama jika terkait dengan akidah tauhid. Maka pemuda itu berkata kepada penasihat (raja), “Sesungguhnya aku tidak mampu menyembuhkan seorangpun, hanya Allah semata lah yang sanggup menyembuhkan”. Hal ini sesuai dengan firman Allah ta’ala, dari Ibrahim alaihis salam, “Dan jika aku sakit, Dia lah yang menyembuhkanku”

10. Sesungguhnya Allah memiliki orang-orang yang teguh imannya, sehingga seberat apapun diazab, mereka tidak akan kembali kepada agama yang dulu mereka anut, tidak melemah di depan orang-orang kejam dengan mengatakan perkataan mengeluh maupun kufur, sekalipun mereka dibakar, digergaji atau ditenggelamkan, bahkan semua itu lebih mulia (dibanding mengatakan kufur). Dan dalam hal ini firman Allah menggambarkan keadaan mereka, “Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama mereka sejumlah besar pengikutnya yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah terhadap segala yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak merasa lesu, serta tidak pula menyerah (kepada musuh). Dan Allah mencintai orang-orang yang bersabar”       

11. Wajib adanya bahwa kalimat (agama) Allah itu akan menang. Maka raja itu tidak mampu membunuh pemuda, tidak sanggup menyelesaikan hal itu kecuali dengan cara yang telah digambarkan oleh pemuda itu kepada raja, yang akhirnya menjadikan masyarakat wilayah itu beriman dan turunlah wibawa raja. Benarlah firman Allah ta’ala, “Dan (Allah) menjadikan kalimat orang-orang kafir itu rendah sedang kalimat Allah itulah yang tinggi. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha bijaksana”

12. Pemuda mukmin itu mengorbankan dirinya supaya semua orang beriman, dan ini adalah perkara orang-orang mukmin yang ikhlas berusaha menyelamatkan kaumnya, sekalipun itu menjadikannya terbunuh (syahid), maka mereka itulah orang-orang yang pergi ke surga, Allah berfirman, “Jangan kau kira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati. Tidak! Mereka hidup di sisi tuhan mereka, lagi diberikan rizki”

13. Allah meneguhkan orang-orang beriman dengan bukti-bukti yang terang, menguatkan agama mereka dengan karomah-karomah. Maka lihatlah seorang bayi mungil yang masih dalam buaian berkata, “Wahai ibunda, bersabarlah, sesungguhnya engkau berada di atas kebenaran” Dan seorang ibu itu takjub bercampur heran dengan apa yang terjadi, lalu ia menceburkan dirinya bersama anaknya, dengan hati yang teguh dan perhitungan yang tepat.

14. Tempat kembali orang-orang beriman adalah surga setelah kematian mereka. Dan tempat kembali orang-orang kafir adalah siksaan yang membakar di dunia, serta azab jahannam di akhirat.

Disarikan dari kitab Min Bada'i al Qasas An Nabawiy karya Muhammad bin Jamil Az Zainu
Penerjemah : Syafiqul Lathif

1 comment:

  1. Sangat bermanfaat kisah2nya..smg Allah mmbalas kebaikan atas share kisah2nya.aamiinn

    ReplyDelete