Wednesday 17 August 2016

Kisah Seorang yang Menuju Bumi Pertaubatan


Dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam, bahwasanya beliau bersabda, “Dahulu ada orang sebelum kalian yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang, ia bertanya tentang siapa yang paling alim (memahami persoalan agama) di dunia ini. Maka ada yang menunjukkan kepada seorang rahib, datanglah ia kepadanya.”

Pembunuh itu berkata dengan menyesal, “Sesungguhnya aku telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa, bisakah aku bertaubat?”

Rahib itu berkata (dengan bodohnya), “Tidak”

Laki-laki itu lantas membunuh rahib tersebut, genaplah seratus.

Kemudian ia bertanya lagi tentang siapa yang paling pandai di muka bumi, maka mereka menunjukkan kepada seorang lelaki alim.

Pembunuh itu berkata, “Sesungguhnya aku telah membunuh seratus jiwa, apakah aku berhak bertaubat?”

Orang alim itu berkata (dengan yakin), “Iya, siapakah yang bisa menghalangi antara engkau dan taubat?! Bergegaslah kau pergi ke daerah seperti ini dan ini, sesungguhnya orang-orang di sana beribadah kepada Allah ta’ala maka beribadahlah bersama mereka, jangan kembali ke negerimu karena itu adalah negeri yang buruk”

Segeralah lelaki itu pergi, sampai ketika ia telah setengah jalan, maut menjemputnya. Maka malaikat rahmat dan malaikat azab berselisih mengenai lelaki itu.

Malaikat rahmat, “Ia datang bertaubat sepenuh hati kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Malaikat azab menukas, “Sesungguhnya ia belum mengerjakan satupun kebaikan.”

Tak berselang lama, datanglah malaikat lain dalam bentuk manusia, lalu mereka menginginkannya memutuskan perkara ini.

Malaikat itu berkata bijak, “Ukurlah antara dua bumi ini (jarak antara saat dia mati dihitung dari tempat ia memulai niat dan jarak ke tempat tujuan)! Maka, yang berhak mengambilnya (lelaki itu) adalah yang ukuran jaraknya yang paling pendek.”

Malaikat mengukur antara dua jarak itu, maka ia mendapati bahwa lelaki yang bertaubat ini lebih dekat sejengkal ke negeri orang-orang shalih (yang ingin ia tuju) maka malaikat rahmat pun mengambilnya.

Pelajaran Berharga :

Allah ta’ala berfirman, “Katakanlah wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas atas dirinya sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

1. Seorang yang berdosa hendaknya tidak berputus asa dari rahmat Allah, sekalipun ia memenuhi bumi dengan dosa, namun wajib baginya untuk bertaubat kepada Tuhannya sesegera mungkin, Allah ta’ala berfirman, “Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya, memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kalian lakukan”

2. Bagi orang yang tidak mengetahui, harus bertanya kepada seorang yang alim, yang mengerti kitab dan sunnah sehingga ia sanggup menyelesaikan masalah-masalahnya

3. Tidak boleh bagi seorang hamba untuk memberi fatwa kepada manusia ketika ia tak tahu, sekalipun ia berpenampilan ulama. Karena bahaya yang ditimbulkan lebih besar daripada manfaatnya. Terkadang akan kembali dengan kerusakan yang menimpanya sebagaimana yang terjadi di pada  kisah ini, sekalipun dia adalah seorang rahib yang mengetahui bahwa ada sesuatu yang menutup pintu taubat orang yang mengharapkannya, ia seakan menawarkan dirinya supaya dibunuh.
  
4. Seorang yang alim : adalah orang yang membuka pintu taubat bagi manusia, menutup pintu putus asa dan menggantinya dengan rahmat. Maka dia seakan seorang dokter yang mengambil tangan si sakit dengan obat (kesembuhan), serta membukakan baginya pintu harapan.

5. Wajib bagi orang yang berdosa jika ingin bertaubat supaya ia meninggalkan teman-teman yang pernah bersama-sama berbuat dosa dengannya, dan hendaknya ia meninggalkan tempat-tempat yang ia gunakan maksiat waktu itu.

6. Wajib bagi seorang yang bertaubat untuk membersamai orang-orang yang shalih supaya ia terbiasa melakukan berbagai ketaatan dan meninggalkan beragam keburukan. Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang itu berada di atas agama kekasihnya (teman dekatnya)  maka hendaklah salah seorang kalian melihat dengan siapa ia berteman”

7. Disyariatkan meminta keputusan kepada seorang yang paham kitab dan sunnah saat terjadi perseteruan.

8. Jangan kau rendahkan seorang yang berdosa apapun keadaannya, karena engkau tak mengetahui bagaimana akhirnya. Maka di dalam hadts disebutkan “Sesungguhnya ada seorang lelaki yang benar-benar beramal dengan perbuatan surga di hadapan manusia sedangkan dia adalah penghuni neraka. Dan sungguh ada seseorang yang beramal dengan perbuatan neraka di hadapan manusia sedang ia termasuk penghuni surga” Al Bukhari menambahkan, “Sesungguhnya amal itu tergantung pada akhirnya”

Disarikan dari kitab Min Bada'i al Qasas An Nabawiy, karya Muhammad bin Jamil Zainu
Penerjemah : Syafiqul Lathif 

No comments:

Post a Comment