Tuesday 23 August 2016

Kisah Ibrahim dan Ismail Alaihima As-Salam (part 2-Habis)

Ibrahim dan Istri Ismail yang Pertama

Pasca bermukimnya Kabilah Jurhum di sekitar Hajar, Ismail tumbuh berkembang di antara mereka, dan ia belajar bahasa arab dari mereka. Mereka kagum padanya saat remaja. Ketika beranjak dewasa, mereka menikahkannya dengan seorang wanita dari kalangan mereka, dan Ibu Ismail telah meninggal.

Ibrahim datang setelah Ismail menikah, namun ia tak ada di sana, sehingga ia tak menjumpai Ismail di rumahnya, akan tetapi menjumpai istrinya di sana.

Ibrahim bertanya, “Di mana Ismail?”

Istri Ismail menjawab, “Ia keluar, sedang mencari rizki untuk kami”

Ibrahim melanjutkan, “Bagaimana kehidupan dan keadaan kalian?”

Istri Ismail (merasa sempit hati dan membencinya), “Kami dalam keadaan buruk!! Susah dan miskin!!” Dan dia mengeluh di hadapannya.

Ibrahim berkata, “Jika suamimu datang, sampaikan salamku padanya dan katakanlah, ‘Ganti daun pintu rumahnya!’”

Lalu Ismail datang seakan-akan merasa ada sesuatu yang telah terjadi di rumahnya.

Ismail (heran, merasa aneh) bertanya, “Apakah ada seseorang datang kepadamu?”

Istrinya (dengan menghina, berkata), “Iya, telah datang seorang lelaki tua seperti ini dan ini, lalu ia bertanya tentang kita, maka aku memberitahunya, bertanya pula padaku bagaimana kehidupan kita, aku memberitahunya bahwa aku dalam keadaan susah dalam berjuang (bertahan hidup)!”

Ismail bertanya, “Apakah ia mewasiatkan sesuatu?”

Istrinya menjawab, “Iya, dia memerintahkan padaku untuk menyampaikan salam padamu, dan ia berkata, ‘Gantilah daun pintu rumahmu.’”

Ismail melanjutkan, “Dia ayahku, dan engkaulah daun pintu itu. Ia menyuruhku untuk menceraikanmu, kembalilah kepada keluargamu!” 

Dan Ia mentalaknya.

Ibrahim dan dan Istri Kedua Ismail

Ismail menikah dengan seorang wanita dari kabilah Jurhum untuk kedua kalinya, kemudian Ibrahim tinggal jauh dari mereka selama yang Allah kehendaki (berwaktu-waktu setelahnya). Kemudian ia mendatangi mereka, namun tak juga dijumpainya Ismail di sana. Ia mendatangi istrinya dan bertanya tentang Ismail.

Ibrahim bertanya, “Di manakah Ismail?”

Istri Ismail menjawab, “Ia pergi mencari makan” (dari berburu dan sejenisnya)

“Bagaimana hidup kalian?” Lanjut Ibrahim

“Kami dalam keadaan baik dan lapang” Jawab Istri Ismail

Ibrahim bertanya lagi, “Bagaimana makan dan minum kalian?”

Istrinya menjawab, “Makanan kami daging dan minuman kami air putih”

Ibrahim berdoa, “Ya Allah berkahilah mereka di dalam daging dan air mereka, jika nanti datang suamimu, sampaikan salamku dan suruh ia untuk mengukuhkan daun pintu rumahnya”

Rasul Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Berkahlah doa Ibrahim” –Shalallahu ‘Alaihima as Salam- lalu datanglah Ismail.   

Ismail (heran), “Apakah seseorang yang datang?”

Istrinya (dalam keadaan bahagia), “Ya, telah datang kepada kita seorang lelaki tua yang bagus penampilannya –dan ia memuji keadaannya- lalu ia bertanya kepadaku tentangmu maka aku memberitahunya, ia juga bertanya tentang hidup kita. Dan aku memberitahukannya bahwa keadaanku baik-baik saja.”

Ismail bertanya, “Apakah ia mewasiatkan sesuatu kepadamu?”

Istrinya menjelaskan, “Iya, ia menyampaikan salam kepadamu, dan memerintahkanmu untuk mengukuhkan daun pintu rumahmu”

Ismail mengatakan, “Itu adalah ayahku, engkau daun pintu itu dan aku diperintahkannya untuk tidak menceraikanmu.”

Al Khalil (Ibrahim) Bertemu dengan Ismail

Ibrahim meninggalkan mereka dalam waktu yang dikehendaki Allah (beberapa waktu yang Allah tentukan), kemudian ia datang dan Ismail sedang meraut anak panah, di bawah sebuah pohon dekat dengan sumur zam-zam. Ismail melihatnya,  berdiri lalu menyongsongnya dan mereka haru berpelukan.

Mendirikan Ka’bah

Ibrahim (dengan tekad) berkata, “Wahai Ismail, Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadaku sebuah perintah”

Ismail menjawab, “Kerjakanlah apa yang telah diperintah Allah”

Ibrahim melanjutkan, “Kau membantuku?”

Ismail berujar, “Iya, aku akan membantu”

“Maka sesungguhnya Allah memerintahkan padaku untuk membangun sebuah rumah (ka’bah) tepat di sini, lalu ia menunjuk ke bukit yang lebih tinggi daripada sekitarnya.” Jelas Ibrahim

Di sanalah, keduanya meninggikan pondasi-pondasi ka’bah dan mulailah Ismail mengambil batu sedangkan Ibrahim membangunnya, sampai saat bangunan itu telah tinggi ia datang membawa sebuah batu (maqam) dan meletakkannya di sana, lalu ia berdiri dan membangun, dan ismail menyediakan bebatuan yang lain. 

Ibrahim  dan Ismail berdoa, “Wahai Tuhan kami, terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”

Pelajaran Berharga :

1. Seorang muslim hendaknya tunduk pada perintah-perintah Allah, mengutamakan ketaatan atasNya dan cinta padaNya di atas yang lain-lain, sekalipun itu cinta kepada istri yang shalihah atau seorang anak tunggal.

Maka Ibrahim melaksanakan perintah Allah ketika diperintahkan untuk membawa istrinya (Hajar) dan seorang anak yang masih dalam susuan (Ismail) ke suatu lembah yang tiada tanaman, air dan seorang manusia pun.

2. Seorang istri yang shalihah memenuhi perintah Allah, serta patuh kepada suaminya yang sabar dan beriman kepada Allah, seraya berkata, “Maka, Allah takkan pernah menyiakan kita”

3. Ibrahim meninggalkan istrinya yang (memenuhi perintah Allah), serta putera kecilnya di suatu lembah setelah membekali mereka dengan sekantong kurma, satu bejana berisi air, kemudian mendoakan mereka, “Ya Tuhan kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak ada tanaman, di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati”. Dengan hal ini, Ibrahim mengajarkan kepada kita untuk menggabungkan antara doa dan mengambil sebab (berusaha).

4. Ibu Ismail mencari air ketika habis, ia berusaha dan berlari-lari kecil antara bukit shafa dan marwah berulang kali sampai ia menemukan air (zam-zam)

5. Boleh bagi seseorang, ketika ia mendengar suara (manusia lain), untuk meminta tolong. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh ibunda Ismail. Ini adalah hal yang boleh dilakukan dari seorang makhluk, lain lagi jika halnya meminta tolong kepada mayit atau sesuatu yang gaib

6. Sesungguhnya Allah memilih keluarga Ibrahim, dan menjadikan sebagiannya keturunan para Nabi dan para Rasul, maka bagaimana mungkin Ibrahim ridha terhadap istri Ismail (yang pertama) yang keadaan jiwanya kering seperti itu, sebab ia hanya hidup demi tubuhnya saja, tidak memerdulikan melainkan makanan dan minuman saja, lalu menjelekkan tamunya yang notabenenya adalah ayah suaminya, ia tidak mengakui nikmat tuhannya, mengeluh tentang buruknya hidup yang dialami. Oleh sebab itu, Ibrahim mengisyaratkan kepada anaknya untuk menceraikannya dan berlepas diri darinya.

7. Adapun istri Ismail yang kedua adalah seorang yang shalihah, memuliakan tamunya, dan bersyukur atas nikmat tuhannya, oleh sebab itu Ibrahim mengisyaratkan supaya Ismail mempertahankannya dan menjaganya.

8. Ketaatan dan kesabaran memiliki akhir yang baik, juga sebuah pengingat yang abadi. Tempat yang liar dan keras, tempat bermuqimnya Hajar, Ibunda Ismail, yang awalnya kering datarannya, menjadi sebuah tempat yang dihormati dan aman, dan sebuah daerah menetap yang ditinggali. Di dalamnya terdapat air yang diberkahi (zam-zam). Pikiran-pikiran manusia tertuju ke sana, buah-buahan tumbuh di sana, dan datangpula berbagai bangsa untuk menunaikan ibadah haji dari tempat yang jauh, supaya mereka mampu mengambil manfaat dalam penyelesaian masalah mereka dan supaya mereka menyaksikan manfaat baik dunia maupun akhirat di sana.



Disarikan dari kitab Min Bada'i al Qasas An Nabawiy, karya Muhammad bin Jamil Zainu
Penerjemah : Syafiqul Lathif 

No comments:

Post a Comment