Monday 8 August 2016

Kisah Orang-orang Yang Berada di Gua Serta Batu (yang menutupinya)


Dari Ibn Umar ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, ‘Jauh sebelum kalian, terdapat tiga orang yang bepergian, hingga mereka bernaung serta bermalam di suatu gua. Mereka memasukinya, tiba-tiba ada batu besar dari gunung yang jatuh, hingga menahan mereka di gua tersebut. Mereka berkata, ‘Sesungguhnya tidak ada yang sanggup menyelamatkan kalian dari batu ini kecuali doa kalian kepada Allah ta’ala dengan amal kalian yang shalih’

Seorang lelaki dari mereka berkata, ‘Ya Allah, aku memiliki orang tua yang keduanya sudah tua renta, dan aku tak akan menyediakan (perahan susu) pada keluarga dan anakku sebelum keduanya. Maka suatu hari aku pergi sangat jauh dari mereka dan aku belum kembali sampai keduanya tertidur, maka aku perah (susu) untuk keduanya namun aku mendapati mereka sudah tidur. Aku enggan membangunkan mereka dan enggan pula mendahulukan keluarga dan anakku sebelum mereka, sehingga aku berdiam diri (di dekat keduanya) dan cawan (yang berisi susu) berada di tanganku, aku menunggu mereka bangun hingga fajar menyingsing, sedangkan anak-anak berteriak di dekat kakiku hingga keduanya terbangun, lalu mereka meminum susu perahan itu.’

‘Ya Allah, jika aku dahulu melakukan hal ini karena mengharap ridhoMu maka bukakanlah jalan keluar di gua ini, dari batu besar itu’ 

Bergeserlah batu itu sedikit, namun mereka belum bisa keluar dari gua.

Lalu seorang lelaki yang lain berkata, ‘Ya Allah, dahulu aku memiliki saudari sepupu, ia adalah orang yang paling aku cintai, maka aku menginginkan dirinya (keperawanannya) namun ia menutup diri dariku. Sampai suatu masa kelaparan menimpa dirinya, ia datang kepadaku lalu aku memberinya 120 dinar dengan syarat ia membiarkanku menikmati dirinya, dan dia sepakat. Sampai ketika aku sudah menguasainya, ia berkata, ‘Bertakwalah pada Allah dan janganlah engkau rusak suatu tanda, kecuali dengan cara yang benar (jangan engkau mendatangiku kecuali dengan pernikahan yang disyariatkan)’ Maka aku menjauhi perbuatan yang aku hampir terjerumus di dalamnya, kemudian aku pergi darinya. Sedang ia adalah wanita yang paling kucintai dan aku tinggalkan emas yang telah aku berikan padanya’

‘Ya Allah, jika dulu aku melakukan hal itu karena mengharap ridhoMu maka keluarkanlah kami dari masalah ini’

Terbukalah sedikit pintu gua tersebut, namun mereka masih belum bisa keluar darinya.

Lalu seorang lelaki ketiga berkata, ‘Ya Allah, aku pernah mempekerjakan beberapa orang pekerja, aku memberikan kepada masing-masing upah mereka, kecuali satu orang yang telah pergi dan meninggalkan jatahnya. Kemudian aku kembangkan uang (upah) tersebut hingga sangat banyak. Setelah beberapa waktu ternyata ia mendatangiku, lalu berkata, ‘Wahai hamba Allah, berikan upahku kepadaku!’ Maka aku berkata, ‘Semua yang kau lihat ini adalah upahmu, di sana ada onta, sapi, domba, serta budak itu’, ia menjawab, ‘Wahai hamba Allah, janganlah engkau menghinaku’ aku berkata, ‘Aku tidak menghinamu, ambillah semuanya, giringlah, jangan engkau tinggalkan satupun darinya’

‘Ya Allah, jika aku melakukan hal ini karena mengharap wajahMu, maka keluarkanlah kami dari perkara ini’

Hingga bergeserlah batu besar itu, dan mereka berjalan kaki keluar.”            

Pelajaran Kisah ini :

1. Allah ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepadaNya, dan berjihadlah di jalanNya supaya kamu mendapat keberuntungan” Qatadah berkata, “Dekatkanlah diri kalian kepada Allah dengan ketaatan dan melakukan segala yang diridhoiNya”

2. Amal-amal shalih di saat lapang akan bermanfaat bagi seseorang di waktu sempitnya, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Jagalah Allah, maka ia akan menjagamu, jagalah Allah maka engkau akan mendapatiNya di hadapanmu. Kenalilah Allah di saat lapang, maka Dia akan mengenalmu di saat sempit”

3. Wajib bagi setiap muslim untuk kembali kepada Allah semata dengan doa, khususnya di saat datangnya masa-masa sempit. Adapun doa kepada orang yang telah meninggal termasuk syirik besar. Allah berfirman, “Dan janganlah engkau menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat serta tidak pula memberi mudharat kepadamu selain Allah. Sebab jika engkau berbuat demikian, maka sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang zalim.” Orang-orang zalim : Orang-orang musyrik   
4. Disyariatkannya tawassul kepada Allah dengan amal-amal shalih, itu memberi faidah dan manfaat, lebih-lebih di saat sempit, dan tidak disyariatkannya tawassul dengan benda-benda yang berwujud serta orang yang memiliki kedudukan.

5. Cinta kepada Allah haruslah lebih diutamakan daripada cinta kepada hawa nafsu

6. Barangsiapa yang meninggalkan zina dan kedurhakaan karena takut kepada Allah, maka Allah akan menyelamatkan ia dari kesusahan (musibah).

7. Barangsiapa yang menjaga hak-hak pekerja, maka Allah akan menjaganya di waktu susah, dan menyelamatkannya dari ujian.

8. Berdoa kepada Allah serta tawassul dengan amal shalih sanggup menggerakkan batu besar itu.

9. Berbakti kepada kedua orangtua dan memuliakan mereka di atas istri dan anak-anak.

10. Hak orang yang dipekerjakan hendaknya dijaga, tidak seyogyanya diakhirkan. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Berikanlah orang yang bekerja itu haknya sebelum keringatnya mengering” 

11. Disunahkan mengembangkan upah dari orang yang dipekerjakan, ketika ia meninggalkan hak (upah)nya, itu adalah perbuatan yang mulia dan itu termasuk hak orang yang dipekerjakan.

12. Sya’riat orang-orang sebelum kita adalah juga syariat yang berlaku bagi kita ketika Allah atau Rasulullah mengabarkannya dengan pujian yang baik, dan tidak ada yang menghapusnya. Kisah ini adalah salah satu kisah yang diceritakan Rasulullah pada kita dengan pujian terhadap mereka bertiga supaya kita sanggup meneladani amal perbuatan mereka.

13. Memohon keikhlasan dalam setiap amal perbuatan, yakni ketika setiap mereka berdoa, “Ya Allah jika dahulu aku melakukannya karena mengharap wajahMu maka keluarkanlah kami dari perkara ini”

14. Penegasan (kata) wajah bagi Allah bukan dengan penyerupaan, Allah berfirman, “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”     

Disarikan dari kisah ketiga kitab Min Bada'i al Qasas An Nabawiy karya Muhammad bin Jamil Az Zainu
Penerjemah : Syafiqul Lathif

No comments:

Post a Comment