Saturday 3 October 2015

New Year, kata mereka

Kamis, 1 Januari 2015

Sepertinya, orang-orang mengatakan bahwa semalam adalah tahun baru. Ya, itu menurut mereka, jadi terserah mereka. Juga dari berbagai instansi pemerintahan mendukung adanya pesta malam tahun baru ini sehingga membuat lebih “semarak”. Dan semalam itu bisa jadi menentukan rentetan peristiwa setelah-setelahnya, bahkan beberapa jam dari semalam itu memiliki efek terhadap yang datang setelahnya. Dan kita tidak akan membahas rentetan atau efek peristiwa dari pesta tahun baru, karena semua itu bahkan sudah jelas dan kita pahami sebelum kita membahasnya secara pribadi dan khusus.

Pada asalnya, kita sama-sama mengetahui dan menyadari bahwa pesta tahun baru memiliki lebih banyak efek negatif dibanding efek positifnya. Kejelasannya sebagai berikut, pertama, dari segi ekonomi. Tentu untuk menyelenggarakan sebuah pesta dan kemeriahannya membutuhkan dana, dan dana yang dibutuhkan untuk kemeriahan tahun baru tidak akan mungkin sedikit. Tidak akan. Karena persiapan yang dibutuhkan pun tidak sederhana. Berapa banyak kembang api dan petasan yang dinyalakan pada malam itu di sebuah alun-alun kota, dengan dalih pesta rakyat.

Menurut hemat penulis, alokasi pengeluaran jika untuk pesta semacam ini pasti tidak akan pernah diungkit oleh rakyat, berbeda dengan dana pembangunan gedung ini, rehabilitasi sebuah rumah sakit dan yang semisalnya, sehingga memungkinkan adanya beberapa persen penyelundupan dana kas daerah atau provinsi atau bahkan pusat. Padahal ketika melihat kondisi negara kita yang seperti ini, seyogyanya kita sadar diri tentang perekonomian rakyat kita yang masih rendah, banyak sekali rakyat yang berada di bawah garis kemiskinan, bahkan hingga menjadikan mental mereka miskin.

Sehingga Idealnya, pengalokasian yang terarah dan berdaya guna lebih diutamakan daripada sebuah penghamburan dan pembakaran uang untuk sebuah acara yang sia-sia, atau jikapun ada manfaatnya tidak akan berguna kecuali sesaat dan selesai.

Lalu yang kedua, yang lebih riskan adalah tentang islam dan tahun baru. Kedua hal ini tidak akan bisa berkaitan sekalipun kita memaksakan untuk menyambungkan di antara keduanya. Sejak awal mula, tidak pernah ada hari besar kecuali dua, idul fitri dan idul adha, tidak lebih. Arti sederhana dari hari besar adalah, kita memaksimalkan pendanaan dan kemampuan demi hari itu. Dan memang begitulah adanya, ketika kita menganggap sesuatu itu besar maka kita memaksimalkan atau seminimal mungkin untuk hadir di hari besar itu dengan hal yang baik dan terpuji.

Dan tahun baru tidak ada dalam kamus islam. Lalu muncul statemen beberapa orang, apakah karena dalam islam tidak ada perayaan tahun baru lantas kita tidak boleh merayakannya? Bukankah ada hal-hal lain juga yang tidak dilakukan di masa nabi tapi kita lakukan di masa sekarang?

Iya benar. Tidak semua yang tidak ada pada masa nabi, dilarang untuk dilakukan di masa sekarang. Namun yang perlu kita ketahui adalah pembolehan untuk melakukannya diperlukan syarat-syarat tertentu dan tidak serampangan. Karena semua itu ada ilmunya. Ada landasan benar untuk melakukan semua itu. Lalu landasan benar yang mana yang melegalkan perayaan tahun baru, yang di indonesia kekinian banyak diikuti juga oleh orang islam negeri kita?

Ah, tentu jika yang penanya lebih cerdas –oh maaf, lebih tepatnya pendebat- pasti akan memaksimalkan otaknya untuk membenarkan semua itu. Dan itu wajar, kita memiliki kecenderungan membela diri sekalipun tidak berada di atas kebenaran. Dan kita berusaha memberikan pembenaran atas sesuatu yang tidak benar, sehingga terlihat seakan-akan benar.

Bung, masalahnya ini bukan berasal dari sesuatu yang netral, seperti sepeda motor. Kalau sepeda motor itu netral kan? tergantung yang memakai. Jika si pemakai memakai untuk menuju hal baik dan benar maka beruntunglah ia, namun jika sebaliknya ya akan menimbulkan hal yang selaras dengan yang dilakukannya.

Di sisi lain, tahun baru ini berasal dari budaya mereka yang bukan islam. Dan itu termasuk salah satu hari raya mereka. Dan cerdasnya mereka, mereka mengemas seakan-akan ini memang bagus dan diperuntukkan seluruh umat manusia. Dari berbagai kalangan tanpa sekat.

Kita sama-sama mengetahui jika Rasulullah pernah mengingatkan kita, barangsiapa yang meniru suatu kaum, maka ia bagian dari kaum tersebut. Dan sebait kalimat ini mengandung arti yang kompleks sekalipun dengan bahasa yang sederhana. Dari segi arti sebab akibat terutama. Dan kita tidak perlu membahas persoalan ini panjang lebar, karena hal ini merupakan suatu hal yang sudah kita pahami pada hakekatnya, hanya saja kita belum menyadari sepenuhnya.

Sebenarnya lebih banyak lagi pembahasan mengenai efek negatif yang ada pada tahun baru. Namun, pembahasan itu silakan kalian bahas sendiri :)  

Nashrun minallah wa fathun qarib.

No comments:

Post a Comment