Friday 16 October 2015

Segelas ide tentang Memulai..



Jumat. 16 Oktober 2015

Segala puji bagi Allah, Dia lah yang Maha Mengetahui junlah daun yang jatuh di atas permukaan bumi. Dia lah yang Maha Mendengar tasbih dan tahmid ikan di samudera dan sungai-sungai. Dan terhadap seluruh bahasa makhluk di muka bumi, hanya Dia lah Yang Maha Memahami. Maka, di manakah kita akan sembunyi, ketika tidak ada tempat berlari? Melainkan hanya kepadaNya lah kita kembali, berserah diri, sepenuh hati.

Kita sama-sama mengetahui, segala hal ada permulaannya dan yang memulai. Sehingga kita dapati bahwa memulai adalah hal yang paling penting dalam rangkaian bertindak atau mencapai suatu tujuan. Dan biasanya memulai adalah hal yang gampang-gampang susah. Gampangnya karena hanya tinggal memulai (biasanya untuk hal yang sepele atau sederhana) sedangkan susahnya adalah ketika yang dimulai bukan sesuatu yang sederhana dan memperoleh pertentangan dari berbagai pihak di sekitarnya, atau yang akan dimulai itu adalah sebagai perlawanan atas kehendak diri sendiri, artinya ia berusaha melawan ego lain yang ada dalam dirinya.

Permasalahan memulai seringkali tidak terpikirkan oleh orang kebanyakan karena hal ini termasuk yang tidak bisa terlihat, hanya segelintir orang saja yang sanggup memanage perkara memulai ini. Oh ya sebentar, dalam hal ini kita akan berbicara tentang memulai suatu hal yang baik atau memulai kebaikan.

1. Dimulai dari hal yang kecil terlebih dahulu.

Perkara kecil selalu lebih enteng dibanding yang besar, kecuali jika ada beberapa pengecualian, yang jelas jika kecil berarti ringan dan tak berat. Maka melatih diri untuk memulai suatu kebaikan adalah dengan memulai hal baik yang kecil, yang sepele, yang bahkan kadang-kadang tidak diperhatikan oleh orang umum. Jika yang kecil sudah tercapai maka berusahalah untuk memulai sesuatu yang lebih besar dari yang pertama. Demikian jika berlanjut maka akan berujung pada pencapaian langkah memulai yang efisien dan tepat.

2. Dimulai dari hal yang paling mudah

Sudut pandang “mudah” ini bisa dibagi menjadi beberapa view; Pertama, dari sudut pandang pribadi, apakah itu mudah jika kita lakukan oleh diri sendiri, ataukah sebaliknya? Kedua, sudut pandang orang lain, apakah mudah kita lakukan menurut oranglain, hanya saja dalam hal ini ada dua kemungkinan, bisa jadi yang mudah bagi orang lain berarti mudah pula bagi kita, atau bisa jadi yang mudah bagi orang lain berarti tidak mudah bagi kita. Ketiga, sudut pandang keumuman masalah, apakah perkara “memulai” itu adalah suatu hal yang benar-benar harus disegerakan, atau hanya sekedarnya saja, artinya tidak terlalu menuntut untuk dilaksanakan.

3. Dimulai dari yang paling dekat

Memulai “memulai” bisa juga kita mulai dari hal yang paling dekat dengan diri kita. Karena sesuatu yang dekat biasanya mudah kita raih, dan yang bisa kita raih dengan mudah berarti tidak ada halangan yang berarti di dalam pemulaiannya itu. Yakni sesuatu yang familiar di sekitar kita, atau suatu hal yang memang menyatu dalam diri kita.

Tiga hal pembagian ini, sekilas memang sederhana. Karena memang benar-benar sederhana. Yang jadi titik tekan dalam hal ini adalah keefektifan “memulai” berdasar pengalaman. Karena kepekaan melihat situasi atas suatu hal bukan hanya didasari teori hitam di atas putih semata, namun karena seringnya ia mengamati fenomena sosial di sekitarnya. Sehingga kebijaksanaan dan keefektifan melangkah akan terlihat berbeda antara seorang yang peka terhadap sekitar dan yang tidak berusaha peka.

Akhir kalam, semoga hari-hari kita semakin bermanfaat dan semakin lebih berkualitas di banding orang-orang kebanyakan. Dan semakin mudah kita memulai sesuatu yang terpuji, yang berbeda dengan kebanyakan, sesuatu yang lebih baik daripada yang dimulai oleh orang selain kita.

Ditulis menjelang shalat Jum’at, dengan hati yang penuh harap.

No comments:

Post a Comment