Tuesday 27 October 2015

Mata Beliau, Bukan Sekedar Mata Biasa.



Selasa, 27 Oktober 2015

Kisah ini bukan sembarang kisah, pelakunya bukan pula sembarang orang. Bukan karena kesakralannya bukan pula keistimewaannya yang membuatnya demikian. Namun karena dia adalah orang yang tidak sama dengan orang lain, orang yang dikaruniai dengan penglihatan yang tidak terlihat di mata. Jauh ke depan membungkam kata-kata.

Waktu itu hawa sekitar sungguh terasa amat dingin, menusuk kulit dan tulang. Bulan Syawal tahun kelima Hijriah yang menguji ketetapan hati dan sebuah kesetiaan. Dan Allah mengisahkan dalam firmanNya, “Ketika pasukan sekutu Musyrik menyerbu kalian dari atas bukit dan dari lembah, mata kalian terbelalak ketakutan dan denyut jantung kalian berdegub nyaris berhenti. Saat itu kalian bersangka buruk terhadap Allah dengan berbagai sangkaan. Saat itulah orang-orang mukmin diuji keimanannya. Orang-orang mukmin digoncang dengan rasa ketakutan yang sangat hebat” (QS. Al Ahzab : 10-11)

Bermula saat beberapa orang Yahudi Bani Nadhir serta Bani Wail datang menghadap Quraisy di Makkah dengan membawa niat ingin menghancurkan rasulullah dan orang-orang mukmin. Dan setelah perbincangan dan pembahasan kesepakatan-kesepakatan, selesailah bahasan itu. Tinggal realisasi setelahnya.

Dan realisasi itu adalah terkumpul sebanyak 4000 pasukan dari pihak Quraisy, 6000 dari pihak Ghatafan, dan sepuluh ribu pasukan itu di bawah komando Abu Sofyan ibn Harb.

Melihat fenomena seperti ini, kaum muslimin bermusyawarah dan akhirnya memutuskan untuk bertahan di Madinah, terlebih karena saat itu tentara kaum muslimin tak lebih dari 3000 orang saja. Di saat keadaan genting, tiba-tiba ada seorang sahabat yang berbicara, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya dahulu, di bumi Persia ketika keadaan semacam ini, kami menggali khandaq (parit)” sebuah ide yang tidak pernah dipraktekkan di bumi jazirah arab sebelum-sebelumnya, tidak pernah dikenal oleh orang arab sama sekali, namun dengan kebijaksanaannya Rasulullah menerima. Dialah Salman Al Farisi yang mencetuskan ide itu.

Segeralah Rasulullah membagi setiap sepuluh orang menggali 40 dzira’. Dan mulailah penggalian parit ini. Semangat dan lelah beradu. Mengudarakan suara-suara benturan dengan tanah yang berbatu. Dan saat itu, udara sangat dingin. Ditambah semakin menipisnya persediaan makanan di Madinah. Namun semua itu tak menjadikan iman dan kesetiaan perjuangan mereka menurun. Jika kau sempat melihat, mungkin kau akan takjub, belum pernah kau menjumpai orang-orang seperti mereka, dengan udara yang teramat dingin dan rasa lapar yang menyerang, bibir mereka tetap tersenyum, memuji Allah di setiap detik mereka, semangat bekerja, tanpa keluh kesah dan tak menghiraukan rasa lelah.

Sampai tiba-tiba, di sudut parit itu terdapat batu yang besar lagi keras. Semua orang yang ada di sana, tak sanggup menghancurkan. Maka mereka mengabarkan hal ini kepada Rasulullah. Turunlah beliau ke sana dan memukul batu itu sekali. Percikan api memancar, hancurlah sepertiganya, “Allahu Akbar, Allah memberiku kunci-kunci Syam, demi Allah aku melihat istana-istana merah di sana” Kemudian ia memukul keduakalinya, hancur lagi dua pertiganya disertai percikan api, dan beliau berkata, “Allahu Akbar, Allah memberiku kunci-kunci Persia, sungguh aku melihat istana-istana yang putih kemilau”. Lantas beliau memukulkan gada nya untuk ketiga kalinya, dan memerciklah api dan hancurlah batu itu berkeping-keping disertai bisyarah Rasulullah, “Allahu Akbar, sungguh Allah memberiku kunci-kunci Yaman, demi Allah aku melihat pintu-pintu Shan’a dari tempat ini”

Tercatat, perang Khandaq, akhirnya tidak pernah terjadi. Tidak pernah terjadi adu kekuatan secara langsung. Karena Allah mengirimkan anginNya kepada kaum Quraisy dan sekutu-sekutunya, yang mendirikan tenda di luar Madinah, mengelilinginya. Dan memporak porandakan hingga tak sanggup lagi berperang. Dan Maha Kuasa Allah atas segala kehendakNya.

Dan saat itu belum ada penafsiran dari perkataan Rasulullah. Dan para sahabat juga tidak ada yang mengira semua itu akan terjadi. Bagaimana akan sempat mengira semua itu, wong saat itu saja mereka sedang dikepung musuh di sekeliling Madinah. Peristiwa setelahnyalah yang akan menjelaskan dengan sendirinya. Dan waktulah yang akan menemani berkisah tentang kisah-kisah tentang tersebarnya islam hingga ke luar jazirah arab.

Dialah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, yang dikaruniai ilham dariNya. Melihat yang tak dilihat manusia pada umumnya. Dan senantiasa memikirkan keadaan umatnya, bahkan sampai di nafas terakhirnya. Allahumma shalli ‘ala Muhammad.

Saat teringat musim dingin di atas jalan setapak menuju maktabah Manshoura. Disertai semangat yang riang.

1 comment: