Sunday 4 October 2015

Kenangan



Selasa, 04 November 2014

Selepas mendengar doa qunut yang memukau, di masjid nurul huda

Beberapa waktu memang memiliki kenangan tertentu. Sehingga masing-masing kesempatan yang pernah kita lalui memiliki ciri khusus dan jarang sekali tertukar dengan yang lain. Maka di sana, kita melihat bahwa kita punya kenangan indah terhadap sesuatu atau seseorang, maka seringkali tersenyumlah kita ketika mengingatnya, kadang terbahak. Dan di sana pula kita mempunyai satu kenangan pahit tentang sesuatu dan tak ingin sekali-kali menguak kembali yang telah kita tutup, serapat mungkin, dan tak boleh ada yang tau.

Lintasan kenangan itu bolehlah menjadi pelipur lara ketika kita jatuh dan jauh dari sesuatu. Yang dengan mengingatnya hati dan pikiran kita sanggup bernostalgia ke waktu itu, ke peristiwa menyenangkan itu, sehingga mengeluarkan letupan api semangat kembali dalam hidup kita yang mulai meredup. Semua kelebat kenangan-kenangan itu menempati posisi khusus di hati dan pikiran kita dan tentunya bukan sesuatu yang bisa disebut hal “biasa”. Karena kenangan adalah sesuatu yang istimewa, mengalahkan seluruh yang istimewa di alam nyata.

Tempatnya kenangan adalah di alam fikiran. Di sanalah ia tersimpan rapat dan seringkali detail peristiwanya pun turut tersimpan rapi bak brangkas emas di tiap bank, yang memiliki banyak kode untuk membuka satu kuncinya, yang tidak akan sanggup dibuka oleh semua orang, hanya orang-orang khusus dan di kondisi yang khusus, bukan di semua kondisi. Maka, momentum-momentum yang tepat bisa jadi memicu suatu kenangan terngiang kembali, lantas sanggup menguap begitu saja atau bahkan menguat tak tertahankan, tak terperi. Tergantung sang pengendali kenangan itu.

Yang disebut pengendali adalah masing-masing orang dari kumpulan manusia di muka bumi. Ianya memang memiliki kecenderungan untuk mengingat hal yang menyenangkan, yang menjadikan dirinya bisa berubah tanpa diubah, yang membuat hatinya menangis tanpa dipancing, yang bisa pula meretas perasaannya dengan sedahsyat-dahsyatnya. Dan ia juga memiliki kecenderungan untuk “tidak sengaja” mengingat memoriam masa lalu yang pilu dan memuakkan. Yang enggan baginya sekali-kali untuk mengingatnya, sedikitpun.

Hal ini menjadi salah satu “benda” manusia yang tak terlihat di samping banyaknya benda yang dimiliki manusia dan tak terlihat. Ia hanya bisa diketahui oleh si empunya dan yang Maha menciptakan empunya itu. Porosnya berputar di dua itu saja, tidak lebih, kecuali memang jika ia melibatkan seseorang atau lebih dalam menguak kembali memori terpendam itu semua. Karena sifatnya tak terlihat inilah yang bisa mempengaruhi jiwa manusia tanpa sadar, tanpa terasa, tiba-tiba muncul begitu saja, tak tertahankan, membuat tangisan kian menjadi.

Tindakan manajemen terhadap semua hal ini bisa menjadi sebuah pedang yang sangat tajam atau senjata api terbaik yang pernah ada di muka bumi. Sebab, jika ia mengasah pedang yang ia miliki dengan baik maka itu akan membantunya mengatasi berbagai masalah yang menimpanya sewaktu-waktu. Jika ia berlatih untuk memainkan pedang itu dengan baik dan gaya yang indah, maka itu akan menjadikan semua musuh yang ia hadapi akan lari bahkan ketika hanya mendengar namanya disebut. Pedang itu, ia bisa membentuknya sendiri sesuka dia, gagangnya, pedang utamanya dari besi ataukah dicampur tembaga atau dilapisi baja yang tak terkalahkan dan sulit sekali patah di peperangan yang “rush” sekalipun.

Akhir kalam, dengan berharap pada Allah azza wa jalla, dengan mengharap segala ridhoNya dan karunia terbaikNya, kita memohon, supaya masing-masing kenangan kita menguatkan jiwa dan raga kita ketika jatuh, serta mengukuhkan keimanan kita di hadapanNya, selalu. Di saat yang lain lalai, maupun di saat yang lain semangat. Ya Rabb, kuatkanlah jiwa dan raga kami. Amin.

No comments:

Post a Comment