Thursday 15 October 2015

Sekeping Renungan tentang Waktu




Kamis, 15 Oktober 2015

Ba’da subuh setelah rehat sejenak

Kita melihat bahwa waktu yang singkat seringkali merupakan alasan bagi orang-orang yang sibuk, lantas mereka mengulur-ulur waktu salat mereka atau enggan melaksanakan ketaatan kepadaNya, maka bisa jadi alasan yang demikian ini adalah akal-akalan pembenaran mereka saja. Mengapa? Karena kita tahu, bahwa waktu satu hari yang diberikan kepada masing-masing manusia adalah sama. Berputarnya satu hari adalah dua puluh empat jam. Tidak kurang tidak pernah lebih.

Sehingga dalam satu hari itu, ada seseorang yang mendapatkan 90% manfaat dari satu hari itu, ada yang memanfaatkan 75% dari sehari itu, ada yang 50% bahkan kurang dari itu. Ironisnya, di beberapa situasi bahkan tidak ada pemanfaatan sama sekali, yang terjadi malah minus atau pengurangan.

Dan semua ritme yang dilakukan orang-orang di sekitar kita berbeda satu sama lain, kadar manfaat yang didapat oleh masing-masing mereka pun berbeda.

Cara dan metode pemanfaatan waktu telah berulangkali menjadi perhatian agama kita, islam. Sekalipun tidak secara detail matematis, namun “perkataan” itu cukup menjadi panduan kita sebagai muslim. Kita masih ingat perkataan salah seorang sahabat yang mulia, Umar bin Al Khattab “Sibukkanlah dirimu dengan hal-hal yang manfaat, jika tidak, maka waktumu akan habis tapi bukan untuk kemanfaatan” Dan perkataan ini memang sering terjadi aplikasinya di dalam diri kita, maupun sekitar kita.

Kelihaian memanfaatkan waktu demi kebaikan pun berbeda satu sama lain. Tergantung kesibukan masing-masing, bahwa semakin sibuk seseorang maka semakin cermat pula ia membagi waktu, sekalipun tidak selamanya demikian.

Contoh kongkretnya, orang yang berorganisasi atau sibuk menimba ilmu pasti akan merasa rugi dan kurang jika ia duduk tanpa melakukan apapun sama sekali. Berbeda dengan orang lain yang biasanya menganggur atau tidak memiliki suatu kesibukan yang tetap, maka diam tanpa bertindak pun bukan sesuatu yang merugikan, ya biasa saja baginya.

Waktu memang harus diatur dan dimanage. Harus diusahakan sebisa mungkin menjadi fasilitas yang meraup manfaat semaksimal dan sebanyak yang kita bisa. Bisa tidak bisa harus bisa, dan mau tidak mau harus mau, karena kerugian atau kegagalan hidup kita bisa jadi bersumber dari waktu, dan keberhasilan para tokoh-tokoh terdahulu seringkali karena pemanfaatan waktu mereka yang baik dan maksimal. Mereka berusaha sebagus dan sekuat mungkin untuk memaksimalkan waktu tiap detik mereka hingga tak ada celah sedikitpun untuk bermalas-malasan  dan tidak melakukan apapun.

Ini memang tidak semudah yang termaktub dalam teori, namun bukan tidak mungkin untuk dilakukan. Terlebih biasanya agak merasa berat jika orang tersebut telah terbiasa bermalas-malasan dan sering melakukan hal yang sia-sia. Ya, mari kita berusaha, dan tetap selalu memohon pada Allah supaya kita mampu memaksimalkan hari-hari kita serta waktu-waktu yang ada di dalamnya. Semoga kita termasuk golongan hambaNya yang bersyukur, dengan memaksimalkan potensi yang Dia berikan sebagus yang kita bisa. 

Barakallahu fiina wa ayyamina.

Tepi sungai nil, perjalanan menuju perjuangan.

No comments:

Post a Comment