Friday 17 June 2016

Mush'ab bin Umair (Part 5-The End)

Luka Atas Sebuah Kepergian


Di pihak lain, orang-orang kafir Quraisy semakin geram, mereka menyiapkan kekuatan untuk melampiaskan dendam mereka terhadap kaum muslimin. Maka, terjadilah Perang Badar dan kaum kafir Quraisy pun mendapatkan pelajaran pahit yang membuat mereka semakin kalap dan tidak waras. Mereka berusaha menebus kekalahan di Perang Badar itu. Kemudian tibalah Perang Uhud. Rasulullah berdiri di tengah barisan kaum muslimin, menatap setiap wajah: siapa yang sebaiknya membawa bendera pasukan? Ketika itu, terpilihlah Mush'ab Al khair. Ia maju dan membawa bendera pasukan dengan kemantapan hati.

Peperangan berkobar dan berkecamuk dengan sengitnya. Pasukan pemanah kaum muslimin melanggar perintah Rasulullah. Mereka meninggalkan posisi mereka di atas bukit setelah melihat pasukan musuh lari terbirit-birit. Tindakan mereka ini dengan cepat mengubah suasana. Kemenangan kaum muslimin berganti kekalahan.

Tanpa diduga, pasukan berkuda musuh menyerang pasukan muslimin dari atas bukit. Menjadikan keadaan menjadi kacau, kocar-kacir, kalang kabut.

Melihat barisan kaum muslimin porak poranda, musuh pun mengerahkan serangan ke Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. Mush'ab bin Umair menyadari suasana pelik ini. Maka diacungkannya bendera pasukan setinggi-tingginya. Dengan suara lantang ia bertakbir, "Allahu Akbar". Ia maju, menerjang, berkelebat ke sana kemari mengibaskan pedangnya. Ia ingin mengalihkan serangan musuh yang sedang tertuju kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. Ia menyerang sendirian, namun terlihat seakan sepasukan tentara.

Sungguh, walaupun hanya seorang diri, ia bertempur laksana satu pasukan tentara. Satu tangannya memegang bendera pasukan yang harus terus tegak berkibar, sedang tangan yang satunya lagi menebaskan pedang bermata tajam ke arah musuh. Jumlah musuh yang dihadapi Mush'ab semakin tak terhitung. Mereka semua ingin menginjak-injak mayatnya untuk mencapai Rasulullah.

Mari kita dengarkan kisah yang diceritakan oleh saksi mata kejadian itu. Bagaimana detik-detik terakhir sebelum Mush'ab bin Umair gugur sebagai syahid.

Ibn Sa'd menyebutkan bahwa Ibrahim bin Muhammad bin Syurahbil Al 'Abdariy berkata, "Ayahku pernah bercerita begini, 'Mush'ab bin Umair adalah pembawa bendera pasukan di Perang Uhud. Tatkala barisan kaum muslimin porak poranda, Mush'ab tetap gigih berperang. Seorang tentara berkuda musuh, Ibnu Qamiah, menyerangnya dan berhasil menebas tangan kanannya hingga putus. Mush'ab mengucapkan, "Wa ma Muhammadun Illa Rasuulun Qad Khalat min Qablihir Rusul" (Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, yang sebelumnya telah didahului para Rasul)

Lalu bendera itu ia ambil dengan tangan kirinya dan ia kibarkan. Musuh pun menebas tangan kirinya hingga putus. Mush'ab membungkuk ke arah bendera pasukan, lalu dengan kedua pangkal tangannya ia mendekap dan mengibarkan bendera itu, sembari mengucapkan, "Wa ma Muhammadun Illa Rasuulun Qad Khalat min Qablihir Rusul" (Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, yang sebelumnya telah didahului para Rasul)

Tentara berkuda itu menyerangnya lagi dengan tombak, menghujam ke dada Mush'ab. Mush'ab pun gugur, dan bendera pun jatuh."

Gugurlah Mush'ab dan jatuhlah bendera. Ia gugur sebagai bintang dan mahkota para syuhada. Ia gugur setelah berjuang dengan gigih dan penuh semangat. Mengorbankan semua yang dimilikinya demi keimanan dan keyakinannya.

Ia merasa, jika ia gugur, akan sangat terbuka peluang musuh untuk membunuh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. Demi cintanya kepada Rasulullah yang tak terbatas dan khawatir akan nasib Rasulullah, ia menghibur dirinya setiap kali pedang menebas tangannya, "Wa ma Muhammadun Illa Rasuulun Qad Khalat min Qablihir Rusul" (Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, yang sebelumnya telah didahului para Rasul)

Perkataan ini terus menerus ia ulangi. Kata-kata yang di kemudian hari menjadi bagian dari ayat Alquran. Alquran yang akan senantiasa dibaca oleh umat Islam.

***

Setelah pertempuran berakhir, jasad pahlawan gagah berani ini ditemukan terbaring dengan wajah menelungkup ke tanah digenangi darahnya yang suci. Seolah-olah tubuh yang telah kaku itu masih takut menyaksikan Rasulullah ditimpa musibah. Karena itu, ia menyembunyikan wajahnya supaya tak melihat peristiwa yang ia takuti. Atau, ia merasa malu karena telah gugur sebelum bisa memastikan keselamatan Rasulullah, dan sebelum ia selesai menunaikan tugasnya dalam membela dan melindungi Rasulullah afdhalus shalati wa azkas salam.

Wahai Mush'ab cukuplah bagimu Sang Penyayang. Namamu akan senantiasa dikenang.

***

Rasulullah bersama para sahabat mengitari setiap jengkal medan pertempuran untuk menyampaikan salam perpisahan kepada para syuhada, Ketika sampai di tempat terbaringnya Mush'ab, air mata beliau menetes, semakin lama semakin deras. 

Khabbab bin Arat menceritakan, "Bersama Rasulullah kami hijrah di jalan Allah, untuk mengharap ridhoNya, Pasti kita mendapat ganjaran di sisi Allah. Di antara kami ada yang lebih dahulu meninggal dunia, dan belum menikmati pahalanya di dunia sedikit pun. Mush'ab bin Umair adalah salah satu di antara mereka. Ia gugur di Perang Uhud, Tak ada yang bisa dipakai mengkafaninya kecuali sehelai kain. Jika ditutupkan mulai dari kepalanya, terlihatlah kedua kakinya. Jika ditutupkan mulai dari kakinya, kepalanya yang kelihatan. Maka, Rasulullah bersabda, 'Tutupkanlah ke bagian kepalanya, dan tutupilah kakinya dengan rumput idzkhir.'"

Betapa pun luka pedih dan duka mendalam menimpa Rasulullah karena Hamzah (paman beliau) gugur dan tubuhnya dirusak, hingga bercucuran air mata beliau. Betapa pun penuhnya medan perang dengan jenazah kaum muslimin, di mana mereka semua adalah panji-panji ketulusan, kesucian dan cahaya. Betapa pun semua itu menggoreskan luka mendalam di lubuk hati Rasulullah, namun beliau menyempatkan berhenti sejenak di dekat jasad dutanya yang pertama, untuk melepas kepergiannya dan mengeluarkan isi hati beliau. Rasulullah berdiri memandang jasad Mush'ab bin Umair dengan penuh rasa sayang dan cahaya kesetiaan. Beliau membaca firman Allah, 

"Minal mu'miniina Rijalun Shadaquu Ma 'Aahaduullaha 'Alaihi" (Di antara orang-orang mukmin terdapat orang-orang yang telah menepati janji mereka kepada Allah -QS. Al Ahzab : 23)

Ada kesedihan di pelupuk mata beliau saat melihat kain yang dipergunakan untuk mengkafani Mush'ab. Beliau bersabda, "Ketika di Makkah dulu, tak seorangpun yang lebih halus pakaiannya dan lebih rapi rambutnya daripada engkau. Tetapi sekarang.. rambutmu kusut, hanya dibalut sehelai burdah."

Dengan kesayuan, Rasulullah melayangkan pandang ke semua sudut medan perang dan ke arah para syuhada, kawan-kawan Mush'ab terbaring di sana. Lalu beliau bersabda, "Sungguh, pada hari kiamat kelak, di hadapan Allah, Rasulullah akan menjadi saksi bahwa kalian adalah para syuhada."

Setelah itu, beliau memandang para sahabat yang masih hidup, lantas bersabda, "Hai kalian semua, kunjungilah mereka, dan ucapkan salam. Demi zat yang jiwaku berada di tanganNya, tak seorang muslim pun, sampai hari kiamat kelak, yang mengucap salam kepada mereka, kecuali mereka akan membalas salam itu."

***

Assalamu 'alaika Ya Mush'ab
Assalamu 'alaikum Ma'syara Asy Syuhada
Assalamu 'Alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuhu                      



(Diambil dari kitab Rijalu Haula Rasul karya Khalid Muhammad Khalid)

1 comment: