Friday 17 June 2016

Mush'ab bin Umair (Part 4)

Tugas Itupun Dimulai


Kini, Mush'ab dipilih Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam untuk melaksanakan tugas yang amat penting : menjadi utusan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam ke Madinah. tugasnya ialah mengajarkan agama Islam kepada orang-orang Anshar yang telah beriman dan berbai'at kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam di bukit aqabah waktu itu, mengajak yang belum berislam untuk menganut agama Islam, dan mempersiapkan kota Madinah guna menyambut hijrah Rasul ke kota yang mulia ini. 

Sebenarnya, di kalangan para sahabat saat itu masih banyak yang lebih tua dari Mush'ab. Akan tetapi, Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam memilih Mush'ab Al khair (red : julukan lain Mush'ab, yang berarti Mush'ab yang baik). Rasulullah sadar sepenuhnya bahwa beliau telah memikulkan tugas yang teramat penting kepada pemuda ini, menyerahkan kepadanya masa depan Islam di kota Madinah. Kota yang akan menjadi kota hijrah, tempat kebangkitan dakwah, dan tempat berhimpunnya penyeru dan pembela Islam. Sebentar lagi...

Mush'ab memikul amanah ini dengan bekal kecerdasan dan akhlak mulia yang Allah karuniakan padanya. Dengan sikap zuhud, jujur, dan ikhlas, akhirnya ia berhasil memikat hati penduduk Madinah hingga mereka masuk islam, berbondong-bondong.

Ketika Mush'ab memasuki Madinah, jumlah kaum muslimin saat itu hanya 12 orang. Yaitu, orang-orang yang telah berbai'at di bukit Aqabah. Setelah itu, hanya dalam hitungan bulan, penduduk Madinah sudah berduyun-duyun masuk islam. 

Pada musim haji berikutnya, kaum muslimin Madinah mengirim rombongan yang mewakili mereka untuk menemui Nabi. Mereka berjumlah 70 orang yang dikomandoi oleh guru mereka sekaligus duta yang dikirim Nabi kepada mereka, tidak lain dan tidak bukan ialah Mush'ab bin Umair.

Dengan tindakan tepat dan bijaksana, Mush'ab telah membuktikan bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam tidak salah memilih. Ia benar-benar paham dan menguasai tugasnya, mengerti apa yang harus ia lakukan, sadar bahwa tugas yang berada di tangannya itu adalah mengajak manusia menyembah Allah, menyampaikan kabar gembira akan terbitnya suatu agama yang mengajak manusia meraih hidayah Allah, serta membimbing mereka ke jalan yang lurus. Sepadan dengan tugas Rasulullah, tugasnya : hanya menyampaikan. 

Di Madinah, Mush'ab tinggal sebagai tamu di rumah As'ad bin Zurarah. Dengan ditemani As'ad ia mengunjungi kabilah-kabilah di sana, rumah-rumah dan majelis-majelis untuk mengajarkan ayat-ayat Alquran. Menyerukan ayat Allah "Innamallahu ilahun wahid" (Hanyalah Allah, tuhan Maha Esa yang berhak disembah) dengan cara yang bersahabat.

Di suatu waktu dalam perjalanan dakwahnya, ia pernah menghadapi peristiwa yang mengancam keselamatan diri dan sahabatnya (As'ad bin Zurarah) itu. Jika bukan karena kecerdasan dan kebesaran jiwanya, tentu ia tak sanggup menyelesaikan masalah itu... 

Di lain hari, tatkala ia sedang berdakwah di tengah orang-orang kabilah Bani Abdul Asyhal, tiba-tiba Usaid bin Hudhair, sang kepala suku muncul dengan tombak terhunus di tangannya. Usaid muncul dengan kemarahan yang meletup-letup. Bahwa ada orang yang berani membelokkan penduduknya dari keyakinan mereka, mengajak mereka meninggalkan sesembahan mereka dan beralih ke satu Tuhan. Sedang, Tuhan yang satu ini belum pernah mereka kenal sebelumnya, Juga mengajak mereka meninggalkan sesembahan yang sudah jelas tempatnya, bisa didatangi dan kelihatan wujudnya. Adapun Tuhan yang baru ini tak bisa dilihat dan tak bisa dijumpai secara langsung.

Tak ayal, orang-orang Islam yang berada di sana merasa takut. Namun, dengan air muka yang tak berubah, Mush'ab Al khair tetap tenang sebagaimana biasa.

Seakan hendak menerkam, Usaid mendekati Mush'ab dan As'ad bin Zurarah. Dengan garang ia berkata, "Apa maksud kalian datang ke kabilah kami? Apakah hendak membodohi kaum kami? Enyahlah dari tempat ini, jika tidak ingin nyawa kalian melayang!!"

Seakan tenang dan mantapnya samudra, laksana menenangkannya cahaya fajar, terpancar ketulusan hati Mush'ab Al khair dan bergeraklah bibirnya, dan mulailah mengalir perkataan menyejukkan dari sana, "Mengapa anda tidak duduk dan mendengarkan terlebih dahulu? Jika nanti anda tertarik, anda boleh menerimanya. Dan apabila anda tidak suka, kami akan menghentikan apa yang tidak anda sukai."

Allahu Akbar! Sungguh permulaan yang baik, yang kelak akan berakhir dengan baik pula.

Di sisi lain, Usaid adalah seorang yang bijak. Dan saat ini ia diajak Mush'ab untuk berbicara dan meminta pertimbangan kepada hati nuraninya sendiri. Ia hanya diminta mendengar, tak lebih tak kurang. Jika ia suka dengan apa yang disampaikan Mush'ab, baiklah ia akan membiarkannya berdakwah. Jika ia tidak suka dengan ajaran yang disampaikan, maka Mush'ab berjanji akan meninggalkan kabilah dan kaumnya ini untuk mencari tempat dan masyarakat yang lain. Lihatlah, tak ada yang dirugikan bukan?!

"Baiklah," ucap Ucaid. Kemudian ia duduk, meletakkan tombaknya.

Mush'ab mulai membacakan ayat-ayat Alquran dan menguraikan risalah yang dibawa oleh Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam. Bacaan Alquran dan penjelasan Mush'ab yang mengalir ke telinga Usaid, menembus dada dan menerangi hati di dalamnya. Belum usai Mush'ab membaca dan memberikan penjelasan, tanpa diduga tiba-tiba bibir Usaid bergetar dan berkata, "Alangkah indah perkataan ini. Tak ada kesalahan satu pun. Apa yang harus dilakukan oleh seseorang yang hendak masuk agama ini?"

Serentak gema tahlil keluar dari bibir kaum muslimin "La ilaha illallah, Muhammadur Rasulullah" Tahlil ini terus bergema, dan terus. Seakan ingin mengguncangkan tanah tempat mereka berpijak.

Mush'ab berkata, "Hendaklah ia membersihkan pakaian dan badannya, lalu mengucapkan Asyhadu an la ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah"

Usaid meninggalkan mereka beberapa saat, lalu kembali sedang air masih menetes dari rambutnya. Ia berdiri seraya mengucapkan, "Asyhadu an la ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah"

Berita ini tersebar dengan sangat cepat, secepat cahaya.

Sa'ad bin Mu'adz juga menghampiri Mush'ab. Setelah mendengar uraian Mush'ab, ia pun masuk Islam.

Setelah itu, Sa'ad bin Ubadah juga masuk Islam.

Islamnya tiga tokoh ini membuka pintu lebar masuk Islamnya para penduduk Madinah. Mereka berkata, "Jika Usaid bin Hudhair, Sa'ad bin Mu'adz dan Sa'ad bin Ubadah sudah masuk Islam, apalagi yang perlu kita tunggu?! Mari kita temui Mush'ab dan menyatakan keislaman kita." Kata seseorang, "Kebenaran itu terpancar dari setiap kata-katanya."

Demikianlah duta Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam yang pertama telah mencapai hasil gemilang yang tiada tara. Suatu bentuk keberhasilan yang layak diperolehnya...

Beberapa tahun kemudian, Rasulullah bersama para sahabatnya hijrah ke Madinah...                



Disarikan dari kitab Rijalu Khaula Rasul karya Khalid Muhammad Khalid.

No comments:

Post a Comment