Sunday 19 June 2016

Kumpulan Perkataan Mutiara (Buku Sastra)


Berikut ini kutipan berbagai perkataan mutiara dari berbagai novel

"Begitu juga hidup ini, Thomas. Kepedulian kita hari ini akan memberikan perbedaan berarti pada masa depan. Kecil saja, sepertinya sepele, tapi bisa besar dampaknya pada masa mendatang. Apalagi jika kepeduian itu besar, seperti yang dilakukan opamu terhadapku, lebih besar lagi bedanya pada masa mendatang."

"Selalulah menjadi seperti opamu, Nak. Selalulah menjadi anak muda yang peduli, memilih jalan suci penuh kemuliaan. Kau akan menjalani kehidupan ini penuh dengan kehormatan. Kehormatan seorang petarung." 
(Tere Liye, Negeri di Ujung Tanduk) 


"Kesulitan akan mudah dipecahkan dengan mengubah cara pandang"
(Andrea Hirata, Maryamah Karpov)


"Man Jadda Wajada" (Siapa yang bersungguh-sungguh, niscaya ia mendapatkannya )
(Alif, Ahmad Fuadi, Ranah 3 Warna)

"Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya."
(Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin)

"Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan"
(Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin)

"Musuh terbesarku adalah rasa malas. Kalau aku bisa mengalahkannya, aku bisa mengalahkan apapun selain itu"
(Rival)

"Jika harapan dan keinginan memiliki itu belum tergapai, belum terwujud, maka teruslah memperbaiki diri sendiri, sibukkan dengan belajar. Sekali kau bisa mengendalikan harapan dan keinginan memiliki, maka sebesar apa pun wujud kehilangan, kau akan siap menghadapinya. Jika kau akhirnya tidak memiliki, besok lusa kau akan memperoleh yang lebih baik." 
(Tere Liye, Rindu)

"Tidak ada kehilangan yang paling menyedihkan di dunia ini selain kehilangan kejujuran, harga diri dan martabat"
(Tere Liye, Pukat)

"Saat kita memutuskan untuk memaafkan orang lain, bukan semata-mata karena orang tersebut layak untuk dimaafkan. Melainkan kita selalu layak untuk memiliki kedamaian dan ketenangan di dalam hati. Memafkan itu dekat sekali dengan damai."
(Tere Liye, Rindu)

"Sepotong intan terbaik dihasilkan dari dua hal, yaitu suhu dan tekanan di perut bumi. Semakin tinggi suhu yang diterimanya, semakin tinggi tekanan yang diperolehnya, maka jika dia bisa bertahan, tidak hancur, dia justru berubah menjadi intan yang berkilau tiada tara. Keras. Kokoh. Mahal harganya. 
"Sama halnya dengan kehidupan, seluruh kejadian menyakitkan yang kita alami, semakin dalam dan menyedihkan rasanya, jika kita bisa bertahan, tidak hancur, maka kita akan tumbuh menjadi seseorang yang berkarakter laksana intan. Keras. Kokoh."
(Tere Liye, Negeri Para Bedebah)

"Anak perempuan itu harus gesit, Eli. Besok lusa kau akan mengurus keluarga sendiri, anak-anak. Berapa kali kau lupa meletakkan barang milik sendiri? Berteriak-teriak mencarinya? Membuat ribut sekeluarga? Bagaimana coba kalau besok kau lupa di mana meletakkan anak sendiri"
(Tere Liye, Novel Eliana)     

"Tidak semua luka harus dibayar dengan luka"
(Tere Liye, Rembulan Tenggelam di Wajahmu)

"Tidak semua orang mendapatkan pilihan pertama dalam hidup ini. Tapi kita bisa hidup sama bahagianya dengan mereka, meski hanya mendapatkan pilihan kedua, ketiga, atau bahkan keseratus-satu"
(Tere Liye, Berjuta Rasanya) 

"Masalahnya penerimaan itu bukan sesuatu yang sederhana. Banyak sekali orang-orang di dunia ini yang selalu berpura-pura. Berpura-pura menerima tapi hatinya berdusta. Kita semua harus berlatih susah payah untuk belajar menerima"
(Tere Liye, Sang Penandai)


No comments:

Post a Comment