Saturday 18 June 2016

Kisah Bilal bin Rabah (Part 2)

Matahari pun Terbenam, tanpa diikuti keislaman budak Habsyi ini

Bilal adalah seorang Habsyi dan berkulit hitam. Takdir telah membawa nasibnya menjadi budak bani Jumah di kota Makkah, sebab ibunya juga seorang budak mereka.

Kehidupannya tidak berbeda dengan budak biasa. Hari-harinya berlalu dengan hampa. Ia tak memiliki hari ini, tidak juga hari esok...

Ia mulai mendengar tentang Muhammad ketika orang-orang Makkah mulai membicarakannya termasuk para tokoh mereka, terutama Umayah bin Khalaf yang merupakan tokoh penting bani Jumah, kabilah di mana Bilal ini mengabdikan diri...

Seringkali ia mendengar Umayah membicarakan Rasulullah, baik dengan kawan-kawannya maupun sesama warga kabilahnya. Pembicaraan yang penuh benci, kemarahan dan segala prasangka buruk.

Meskipun pembicaraan Umayah penuh benci dan amarah, gambaran tentang Muhammad dan agama barunya bisa ditangkap dan dipahami oleh Bilal. Ia melihat bahwa agama yang dibawa Muhammad adalah ajaran baru yang berbeda dengan kondisi masyarakat waktu itu. Bilal juga menangkap bahwa Umayah dan para pembesar lainnya mengakui kemuliaan dan kejujuran Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam. 

Benar. Ia mendengar kekaguman dan kebingungan yang bercampur dalam satu waktu, saat mereka menyikapi agama baru yang dibawa Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam. Di antara mereka ada yang berkata pada yang lain, "Muhammad tak pernah berdusta, Muhammad bukanlah tukang sihir. Muhammad tidak gila. Namun kita harus menuduhnya pendusta, tukang sihir dan orang gila, agar masyarakat tidak berlomba-lomba mengikuti agamanya."

Ia mendengarkan mereka membicarakan sifat-sifat Muhammad; jujur, selalu menepati janji, pribadi dan karakter yang luhur, berakhlak mulia, berhati bersih, dan cerdas.

Ia juga mendengar mereka berbisik-bisik tentang kebencian mereka kepada Muhammad, kesetiaan mereka terhadap nenek moyang mereka, kekhawatiran akan lunturnya kemuliaan Quraisy, di mana saat itu Quraisy menjadi pusat agama dan peribadatan di tanah Arab. Selain itu, mereka juga merasa iri kepada Bani Hasyim. Mengapa nabi baru itu muncul dari kalangan bani Hasyim, bukan dari kabilah mereka??

***

Suatu hari, Bilal bin Rabah melihat cahaya ilahi. Hatinya bergetar oleh sentuhan cahay itu. Lantas ia datang kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam dan masuk Islam.

Berita keislaman Bilal pun menyebar. Para tokoh bani Jumah pusing tujuh keliling. Kepala mereka yang penuh dengan kesombongan, keangkuhan dan tipu daya itu seakan mau pecah. Apalagi Umayah bin Khalaf. Keislaman satu budak beliannya itu merupakan satu tamparan keras ke wajahnya. Bahkan seakan wajahnya dilempar kotoran yang membuatnya malu dan merasa terhina.

Budak Habsyi mereka itu masuk Islam dan menjadi pengikut Muhammad???

"Huh, tidak mengapa. Tunggulah! Sebelum matahari terbenam, pasti keislaman budakku ini sudah terbenamlebih dahulu." kata Umayah dalam hatinya.

Ternyata, matahari yang terbenam hari itu tak diikuti terbenamnya keislaman Bilal. Bahkan suatu saat nanti, matahari terbenam dan membenamkan berhala-berhala jahiliyah dan para pemujanya. Lihat saja nanti...       


(Diambil dari kitab Rijalu Khaula Rasul karya Khalid Muhammad Khalid)

No comments:

Post a Comment