Monday 24 October 2016

Hamzah bin Abdul Muthalib radhiyallahu 'anhu (Bagian 3)



Allah menguatkan dakwah Islam dengan hadirnya Hamzah. Ia berdiri kokoh membela Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabat-sahabatnya yang lemah.

Mengetahui Hamzah sudah masuk Islam, Abu Jahal melihat perang tidak bisa dielakkan. Ia gencar menghasut orang-orang Quraisy untuk melakukan kekerasan terhadap Rasulullah dan para sahabatnya. Ia terus mempersiapkan diri untuk melancarkan perang agar dendamnya terobati.

Hamzah tentu saja tak bisa membendung semua tindakan keras mereka, tetapi keislamannya seolah-olah menjadi perisai. Selain itu, juga menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak suku untuk masuk Islam, apalagi setelah masuk Islamnya Hamzah, Umar bin Khattab juga masuk Islam. Alhasil, banyak orang berbondong-bondong masuk Islam.

Dan sejak masuk Islam, Hamzah telah berjanji untuk membaktikan raga, kekuatan dan hidupnya untuk Allah dan agamanya, hingga Rasulullah memberinya gelar “Singa Allah dan Singa Rasulullah.”

Hamzahlah orang yang ditugaskan sebagai pemimpin pasukan, saat pertama kali kaum muslimin berperang melawan musuh. Ia yang pertama kali ditugaskan untuk menghadapi musuh.

Sariyah, atau angkatan bersenjata tanpa disertai Nabi, yang mula pertama dikirim, berada di bawah komando Hamzah..

Dan panji-panji pertama yang dipercayakan oleh Rasulullah kepada salah seorang muslim diserahkan kepada Hamzah.

Hamzah lah orang yang pertama kali ditugasi membawa panji perang. Dan ketika pasukan Islam bertempur dengan pasukan musuh di Perang Badar, Singa Allah dan Singa Rasulullah ini menunjukkan keberanian dan kemahiran di atas rata-rata, sungguh luar biasa..

***

Sisa-sisa tentara Quraisy kembali dari lembah Badar menuju kota Mekah dengan terhuyung-huyung membawa kegagalan dan kekalahan. Abu Sufyan tak ubah bagai pohon besar yang tumbang. Ia berjalan dengan kepala tertunduk, meninggalkan mayat pemuka-pemuka Quraisy di lembah Badar.

Abu Jahal, Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, Umayah bin Khalaf, ‘Uqbah bin Abi Mu’ith, Aswad bin Abdul Aswad Al-Makhzumi, Walid bin ‘Utbah, Nadhir bin Harits, ‘Ash bin Sa’id, Tha’imah bin ‘Adi dan puluhan tokoh seperti mereka tewas di Perang Badar.

Orang-orang Quraisy tidak mau menelan kekalahan pahit ini begitu saja. Mereka mulai mempersiapkan diri, menghimpun semua kekuatan untuk menebus kekalahan mereka. Quraisy benar-benar bertekad untuk perang, membalas dendam.

Perang Uhud pun tiba. Suku Quraisy mengerahkan semua kekuatannya. Bahkan diperkuat oleh suku-suku lain yang bersekutu dengan mereka. Pasukan Quraisy kali ini dipimpin oleh Abu Sufyan.

Sasaran utama perang kali ini adalah dua orang: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan Hamzah radhiyallahu ‘anhu.

Memang, dari pembicaraan mereka sebelum perang, saat mengatur strategi, diketahui bahwa Hamzah berada pada urutan kedua sesudah Rasulullah.

Sebelum berangkat, mereka memilih seseorang yang diberi tugas untuk menyelesaikan rencana mereka terhadap Hamzah. Orang itu adalah seorang budak Habsyi yang memiliki kemahiran tingkat tinggi dalam melempar tombak. Dalam peperangan nanti ia hanya ditugaskan untuk membunuh Hamzah dengan tombaknya yang mematikan. Ia tidak boleh berpaling dari tugasnya, apapun yang terjadi di perang itu.

Mereka menjanjikan imbalan yang sangat besar untuk si budak. Jika berhasil, ia akan merdeka, bebas dari perbudakan. Saat itu, Wahsyi adalah budak milik Jubair bin Muth’im. Dan paman Jubair tewas di Perang Badar. Jubair berkata, “Bergabunglah dengan pasukan perang. Jika kamu berhasil membunuh Hamzah kamu bebas.”

Mereka membawanya kepada Hindun binti ‘Utbah, istri Abu Sufyan, agar disemangati untuk melaksanakan rencana yang mereka inginkan. 

Di Perang Badar, Hindun telah kehilangan ayah, paman, saudara, dan putranya. Berita yang sampai kepadanya, Hamzahlah yang membunuh beberapa orang dari keluarganya itu, dan yang lain dibunuh oleh pasukan Islam yang lain.

Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika Hindun paling bersemangat untuk menyalakan peperangan. Ia ingin mendapatkan kepala Hamzah, berapa pun harga yang harus dibayar.
Berhari-hari sebelum peperangan dimulai, Hindun hanya sibuk menggembleng dan memotivasi Wahsyi. Menjelaskan tugas yang harus dilakukan.

Jika Wahsyi berhasil membunuh Hamzah, Hindun akan memberinya perhiasan yang paling berharga yang dimiliki seorang wanita. Ia menyentuh anting-antingnya yang bermatak permata dan kalung emas yang memenuhi lehernya. Ia berkata, “Jika kamu bisa membunuh Hamzah, semua ini menjadi milikmu.”

Air liur Wahsyi mengalir. Ia ingin peperangan itu segera berlangsung. Ia sudah membayangkan kalau dirinya merdeka dan tidak lagi menjadi budak belian. Ia juga akan mendapat perhiasan yang sekarang ada pada wanita bangsawan Quraisy itu.

Itulah konspirasi yang direncanakan. Perang ini hanya ditujukan untuk Hamzah.

***

Disarikan dari kitab Rijalu Khaula Rasul karya Khalid Muhammad Khalid.
Ditulis ulang oleh Syafiq El quds

Cairo, 24 Okt 2016
Pagi hari, menjelang tengah..

2 comments:

  1. Everyone should read Hamzah's history especially for Moslem. It is very important to take the lesson. Thank's for Mr. Syafiq

    ReplyDelete
    Replies
    1. welcome miss Fia..
      well, thanks very much for ur word..
      amazing..

      Delete