Tuesday 8 November 2016

Satu Akhlak Akan Menyeret Akhlak yang Lain (Bagian 2 - Selesai)



BERPRASANGKA BURUK DAN MEREMEHKAN ORANG LAIN

Keduanya jelas akhlak tercela. Kebalikannya adalah berprasangka baik dan menghormati orang lain.

Ternyata, akhlak-akhlak ini akan memicu akhlak lain dari jenisnya yaitu kesombongan atau lawannya tawadhu’ (rendah hati)

Menurut Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin (III/364), prasangka baik dan menghormati orang lain berhubungan erat dengan ketawadhuan. Ketika menjelaskan cara melatih diri agar menjadi orang yang tawadhu, beliau menjabarkan resep aplikatifnya.

“Sudah menjadi kewajiban seorang hamba untuk tidak menyombongkan diri di atas siapa pun,” Kata al Ghazali.

Bahkan, jika melihat orang bodoh, kata al Ghazali lagi, seorang hamba seharusnya berkata, “Orang ini mendurhakai Allah dengan ketidaktahuannya, sedang aku mendurhakaiNya padahal aku tahu. Dia lebih bisa dimaafkan dibanding diriku.”

Jika melihat orang berilmu, seorang hamba seharusnya berkata, “Orang ini telah mengetahui apa yang tidak aku ketahui, maka bagaimana mungkin aku sama dengannya?”

Jika melihat orang yang lebih tua usianya, kata al Ghazali lagi, seorang hamba seharusnya berkata, “Orang ini telah menaati Allah sebelum aku, maka bagaimana mungkin aku sama dengannya?”

Jika melihat orang yang lebih muda, seorang hamba itu berkata, “Sungguh aku telah mendurhakai Allah sebelum dia, maka bagaimana mungkin aku sama dengannya?”

Jika melihat orang yang melakukan bid’ah atau orang kafir, seorang hamba berkata, “Aku tidak tahu bahwa bisa jadi hidupnya diakhiri dengan masuk Islam sementara hidupku diakhiri dengan apa yang dilakukannya sekarang. Sebab, langgengnya hidayah itu tidak diserahkan kepadaku sebagaimana permulaannya pun tidak diserahkan kepadaku.”


MAKAN MINUM BERLEBIHAN

Makan dan minum adalah perkara mubah. Namun ia bisa menjadi sangat buruk dan mengundang penyakit yang beragam jika batasan dan adabnya dilanggar; baik penyakit lahiriah maupun batiniah, termasuk di bidang akhlak.

Di antara akhlak buruk yang diam-diam “membonceng” di belakangnya adalah egois dan tidak berempati kepada penderitaan orang lain, mudah terpancing syahwatnya, dan malas beribadah.

Abu Sulaiman ad-Darani berkata, “Barangsiapa kekenyangan niscaya enam penyakit masuk kepadanya: (a) kehilangan lezatnya bermunajat, (b) sulit untuk menghafal hikmah (ilmu), (c) terhalang dari bersimpati kepada sesama makhluk, sebab ketika kenyang ia menyangka semua makhluk juga kenyang, (d) berat untuk beribadah, (e) meningkatnya syahwat-syahwat, dan (f) segenap kaum mukmin berkeliling di sekitar masjid-masjid sementara orang-orang kekenyangan berkeliling sekitar tempat-tempat pembuangan kotoran.” (Ihya Ulumuddin, III/87)


GEMAR BERDEBAT 

Meski mengizinkan mujadalah (debat/adu argumen), namun Al Quran mensyaratkan perdebatan itu harus dilakukan dengan cara yang paling baik (An Nahl : 125).

Ini mudah dimengerti. Sebab, perdebatan rawan diwarnai pelecehan dan pencemaran kehormatan orang lain. Padahal, sesama muslim bersaudara. Darahnya, hartanya, dan kehormatannya haram dilanggar (Hadits Riwayat Muslim, dari Abu Hurairah)

Rasulullah sangat tidak menyukai debat kusir (mira’), yakni sekedar menang-menangan dan tidak dimaksudkan meraih kebenaran. Beliau bahkan menjamin sebuah rumah di tepian surga bagi siapa saja yang mampu meninggalkan debat walaupun dia benar. (Hadits Riwayat Abu Dawud dari Abu Umamah, hadits hasan)

Selain melecehkan dan merusak kehormatan orang lain, di antara akhlak tercela yang sering muncul mengiringi perdebatan adalah memutuskan silaturahim dan ikatan persaudaraan.

Al Ashma’i mengutip nasihat seorang ulama, “Debat kusir merusak persahabatan lama dan mencerai beraikan ikatan yang kokoh. Hal paling minimal di dalamnya adalah sekedar menang-menangan, dan ia adalah penyebab terkuat putusnya hubungan.” (Riwayat Ibnu Abdil Barr dalam AL Jami’, II/952)   
  
Wallahu a’lam bish shawab


Dinukil dari Hidayatullah edisi Oktober 2015 / Dzulhijjah 1436 H, dari rubrik kajian utama, dengan perubahan seperlunya.
Ditulis ulang oleh Syafiq Elquds. 

No comments:

Post a Comment