Sunday 13 November 2016

Abdullah bin Umar “Simbol Ketekunan Beribadah dan Mendekatkan Diri kepada Allah” (Bagian 2)



Bisa dibilang, Ibnu Umar adalah “Teman Malam” dan “Pendamping Waktu Sahur”. Ia habiskan waktu malam untuk shalat. Dan di penghujung malam, ia terdengar menangis tersedu-sedu memohon ampun dan beristighfar.

Saat remaja, ia pernah bermimpi. Lalu mimpi itu ditafsiri oleh Rasulullah yang membuat Ibnu Umar bersemangat menggebu-gebu melakukan qiyamul lail.

Apa mimpinya itu? Marilah kita dengarkan bagaimana ia berkisah.

“Semasa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, aku bermimpi seolah-olah di tanganku ada selembar kain beludru. Tempat mana saja di surga yang kuinginkan, maka beludru itu menerbangkanku ke sana.

Aku juga melihat dua orang mendatangiku dan ingin membawaku ke neraka. Lalu seorang malaikat mencegatnya dan berkata, ‘Jangan ganggu dia.’ Maka aku dilepaskan. Saudara perempuanku yang bernama Hafshah menceritakan mimpiku itu kepada Rasulullah. Beliau berkomentar, ‘Abdullah sangat beruntung, jika ia mau memperbanyak shalat malam.’”

Sejak saat itu, hingga wafat bertemu Tuhannya, ia tidak pernah meninggalkan qiyamul lail. Di rumah maupun saat bepergian.

Sejak saat itu, waktunya ia habiskan untuk shalat, membaca Al Quran dan zikir. Ia seperti ayahnya. Setiap kali mendengar ayat-ayat Al Quran, matanya berderai air mata.

Ubaid bin Umair pernah berkata, “Aku pernah membacakan ayat berikut kepada Ibnu Umar,

فَكَيۡفَ إِذَا جِئۡنَا مِن كُلِّ أُمَّةِۢ بِشَهِيدٖ وَجِئۡنَا بِكَ عَلَىٰ هَٰٓؤُلَآءِ شَهِيدٗا (٤١) يَوۡمَئِذٖ يَوَدُّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ وَعَصَوُاْ ٱلرَّسُولَ لَوۡ تُسَوَّىٰ بِهِمُ ٱلۡأَرۡضُ وَلَا يَكۡتُمُونَ ٱللَّهَ حَدِيثٗا(٤٢)

"Maka bagaimanakah (orang-orang kafir nanti), apabila kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). DI hari itu orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai rasul, ingin disamaratakan dengan tanah, dan mereka tak dapat menyembunyikan (dari Allah) suatu kejadian pun.” (An Nisa : 41-42)

Ibnu Umar menangis, hingga janggutnya basah oleh air mata.

Suatu hari ia duduk di antara kawan-kawannya, lantas membaca,

وَيۡلٞ لِّلۡمُطَفِّفِينَ (١) ٱلَّذِينَ إِذَا ٱكۡتَالُواْ عَلَى ٱلنَّاسِ يَسۡتَوۡفُونَ (٢)  وَإِذَا كَالُوهُمۡ أَو وَّزَنُوهُمۡ يُخۡسِرُونَ (٣)  أَلَا يَظُنُّ أُوْلَٰٓئِكَ أَنَّهُم مَّبۡعُوثُونَ (٤) لِيَوۡمٍ عَظِيمٖ (٥)  يَوۡمَ يَقُومُ ٱلنَّاسُ لِرَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ (٦)

“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam.” (Al Muthaffifin : 1-6)

Ia mengulang-ulang ayat keenam, “(yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam,” dan air matanya terus mengalir, sampai ia jatuh pingsan.

***

Kedermawanan, kezuhudan, dan ketakwaannya bergerak bersama-sama dengan irama sempurna membentuk satu kepribadian istimewa dalam diri manusia besari ini, seia sekata. Ia telah banyak memberi, karena ia seorang yang sangat dermawan. Yang ia berikan hanyalah yang halal lagi baik, sebab ia adalah seorang yang bertakwa dan shalih. Ia tetap memberi dan tidak takut menjadi miskin, karena ia seorang yang zuhud dan tidak peduli pada dunia.

Ibnu Umar termasuk orang yang penghasilannya cukup besar. Ia seorang pedagang yang jujur dan sukses. Tunjangan hidup dari kas negara juga cukup besar. Akan tetapi semua itu tidak ia simpan untuk memperkaya diri, ia bagikan hartanya kepada orang-orang miskin.

Ayub bin Wa’il ar Rasibi pernah bercerita tentang tunjangan yang diterima oleh Ibnu Umar. “Suatu hari aku melihat Ibnu Umar mendapat tunjangan 4000 dirham dan satu mantel. Esok harinya, aku melihat ia di pasar membeli makanan unta dengan berutang. Lalu aku pergi menemui keluarganya menanyakan perihalnya yang berutang di pasar padahal baru kemarin mendapat tunjangan 4000 dirham dan satu mantel.”

Mereka menjawab, “Betul. Namun malam tadi semuanya sudah dibagikan kepada orang-orang miskin.”

Maka Ibnu Wa’il pergi dengan menepukkan satu tangannya ke tangan yang lainnya. Lalu ia ke pasar dan mencari tempat yang agak tinggi. Dari sana ia berteriak, “Hai para pedagang. Apa yang kalia lakukan dengan dunia? Lihatlah Ibnu Umar. Ia mendapat tunjangan ribuan dirham lalu semuanya ia bagikan. Keesokan harinya, ia membeli makanan ontanya dengan berutang.”

Memang, seorang yang gurunya adalah Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam dan ayahnya adalah Umar, pastilah seorang yang sangat luar biasa.
Kedermawanan, kezuhudan, dan ketakwaan Ibnu Umar adalah tiga sifat yang membuktikan bahwa dia adalah pengikut Muhammad sejati dan seorang anak yang berbakti.

Lihatlah bagaimana ia berusaha mengikuti semua gerak gerik Rasulullah secara sempurna. Bahkan, ia pernah menghentikan ontanya di tempat ia pernah melihat onta Rasulullah berheni di tempat itu. Ia berharap kaki ontanya menginjak bekas telapak kaki onta beliau.
Begitu juga dengan baktinya kepada sang ayah. Ketaatan dan penghormatan Ibnu Umar kepada ayahnya menjadikan Umar radhiyallahu ‘anhu disegani lawan, dikagumi kerabat dan anak-anaknya.

Jadi, tidak masuk akal jika orang yang begitu setia kepada Rasulullah dan begitu taat kepada ayahnya, lalu menjadi budak harta. Harta kekayaan memang datang kepadanya berlimpah ruah, namun hanya sekedar lewat.

Kedermawanannya bukan untuk menyombongkan diri atau mendapat pujian orang lain. Pemberiannya hanya ditujukan kepada orang-orang miskin. Ia jarang makan sendiri. Ia selalu mengajak anak-anak yatim atau orang-orang miskin. Tidak jarang ia menegur anak-anaknya yang menyediakan jamuan untuk orang-orang kaya dan tidak mengundang orang-orang miskin. Ia berkata, “Kalian undang orang-orang yang kekenyangan, dan kalian tinggalkan orang-orang yang kelaparan.”

Orang-orang miskin sangat kenal dengan Ibnu Umar. Mereka telah merasakan kasih sayang dan kebaikannya. Mereka seringkali menunggu di jalan yang akan dilalui oleh Ibnu Umar. Mereka berharap diajak ke rumahnya. Pendeknya, mereka berkerumun di sekitar Ibnu Umar seperti kawanan lebah yang mengerumuni bunga untuk mengambil sari madu. 



Disarikan dari kitab Rijalu Khaula Rasul karya Khalid Muhammad Khalid.
Ditulis ulang oleh Syafiq El quds


Cairo, 13 Nov 2016
Matahari sepenggalah.. Sebelum sibuk menyaingi hari,,

6 comments:

  1. Makin mantep aja nih bang syafiq.. ini di tulis ulang oleh bang syafiq?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mas..
      wah, wah, thanks banget bang Oji..

      Delete
  2. Masha Alloh... Lanjut terus ceritanya kak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih mbak.. Moga bermanfaat..
      InsyaAllah..

      Delete
  3. Masha Alloh... Lanjut terus ceritanya kak.

    ReplyDelete
  4. Titanium Trimmer - TITanium Art Online, Free Vector Art, Art
    A Titanium Trimmer titanium trimmer as seen on tv created titanium sheet metal by titanium banger TITA Architects, TITA has made great use nano titanium by babyliss pro of the teneolized aftershokz trekz titanium metal trimmer, its unique features to build an impressive

    ReplyDelete