Saturday 3 September 2016

Serial Kisah Adam Alaihi As Salam (Bagian 3 - Habis)



Hawa Nafsu Qabil Mendorong untuk Membunuh Saudaranya 

Setelah rangkaian percakapan antara Habil dan saudaranya, rangkaian pesan-pesan nasihat yang sebenarnya meninggalkan bekas makna keimanan dalam jiwa, rasa takut kepada Allah dari hukumanNya di akhirat kelak, sebuah rasa sayang persaudaraan, rasa mencintai seorang saudara yang memberikan nasihat, yang menolak jika keburukan berhak dibalas dengan keburukan, sekalipun itu adalah membunuhnya. Lalu Allah melanjutkan di baris berikutnya.

 فَطَوَّعَتۡ لَهُۥ نَفۡسُهُۥ قَتۡلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُۥ فَأَصۡبَحَ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ   [سورة المائدة,٣٠]

Maka hawa nafsu Qabil mendorong membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi [Al Ma’idah : 30]   

Yakni : Hawa nafsunya membuat (perbuatan membunuh itu) tampak baik, serta menyemangatinya untuk membunuh saudaranya. Sehingga ia membunuhnya.

فَأَصۡبَحَ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ

Maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi 

Yakni : di dunia dan di akhirat (Ibn Katsir : 2/45) 

Sayyid Quthub mengatakan tentang makna ayat ini, “Ia merugikan dirinya, maka ia mendatangkan jalan masuk kehancuran dalam dirinya, ia merugikan saudaranya, maka ia kehilangan seorang penolong dan seorang karib, ia merugikan dunianya, maka kehidupan tak akan membuat seorang pembunuh merasa tenang, dan ia merugikan akhiratnya, maka ia kembali kepada Allah dengan membawa dosanya serta dosa membunuh saudaranya.” (Azh Zhilal : 2/876)

Burung Gagak Mengajarkan Qabil Cara Mengubur Saudaranya

Setelah Qabil membunuh saudaranya, ia meninggalkannya, tidak tahu apa yang harus diperbuatnya. Kemudian karena khawatir akan dimangsa hewan buas, ia membawa jasad saudaranya di atas punggungnya, sampai Allah mengutus burung gagak; supaya menunjukkan padanya cara mengubur saudaranya, Allah berfirman :

فَبَعَثَ ٱللَّهُ غُرَابٗا يَبۡحَثُ فِي ٱلۡأَرۡضِ لِيُرِيَهُۥ كَيۡفَ يُوَٰرِي سَوۡءَةَ أَخِيهِۚ قَالَ يَٰوَيۡلَتَىٰٓ أَعَجَزۡتُ أَنۡ أَكُونَ مِثۡلَ هَٰذَا ٱلۡغُرَابِ فَأُوَٰرِيَ سَوۡءَةَ أَخِيۖ فَأَصۡبَحَ مِنَ ٱلنَّٰدِمِينَ    [سورة المائدة,٣١]

Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal [Al Ma’idah : 31]   

Terdapat tafsir ayat ini bahwa Allah mengutus dua ekor gagak yang bersaudara, lalu mereka saling membunuh, maka salah satunya terbunuh. Kemudian ia menggali sebuah lubang untuknya, lalu menimbun tanah di atasnya. Sedangkan Ibn Abbas mengatakan, “Seekor gagak mendatangi gagak yang telah mati, maka ia mencari tanah untuk menguburkannya. 

Tatkala melihat hal itu, ia berkata :

يَٰوَيۡلَتَىٰٓ أَعَجَزۡتُ أَنۡ أَكُونَ مِثۡلَ هَٰذَا ٱلۡغُرَابِ فَأُوَٰرِيَ سَوۡءَةَ أَخِيۖ فَأَصۡبَحَ مِنَ ٱلنَّٰدِمِينَ

"Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal 

Yakni : Ketika ia melihat apa yang diperbuat gagak tersebut ia berkata,      

يَٰوَيۡلَتَىٰٓ

"Aduhai celaka aku” 

Sebuah pengakuan akan terjadinya azab yang menimpa dirinya. Ini adalah perkataan yang dilontarkan ketika terjadi sebuah musibah yang besar, lafalnya berbentuk panggilan, seakan kecelakaan itu belum datang kepadanya maka ia memanggilnya supaya datang. 

Yakni : Wahai celaka datanglah! Ini adalah saat kedatanganmu. Kemudian Qabil berdiri, menguburkan saudaranya.

Setelah kejadian ini Qabil menjadi salah satu orang yang menyesal karena telah membunuh saudaranya: Karena pembunuhan atas saudaranya itu tidak berguna, karena hal tersebut membuat murka kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya, maka penyesalan itu dikarenakan hal-hal ini bukan karena maksiat itu sendiri dan penyesalan itu tidak mendatangkan taubat sehingga tiada berguna penyesalannya. (Ar Razi : 11/209-210) 

Hasad, Sebuah Penyakit Lama

Hasad adalah salah satu penyakit manusia yang sudah sejak lama, bahkan itu menjadi bagian yang dibawa manusia sejak penciptaannya. Penyakit ini bisa dicabut dari akar-akarnya dengan iman yang mantap dan pengetahuan islam yang baik. Bukti yang menunjukkan bahwa ini adalah penyakit lama dan kemungkinannya menjangkiti manusia manapun, kisah hasad Qabil terhadap saudaranya, Habil, serta hasad saudara-saudara Yusuf. 

Pengetian Hasad

Dalam Mu’jam Mufradaat Alfadz Al Quran karya Ar Raghib hal. 116, hasad adalah berangan-angan akan lenyapnya nikmat pada orang yang berhak menerimanya dan kemungkinan sekaligus berusaha untuk melenyapkannya. Sedangkan dalam Tafsir Ath Thabari (20/259) hasad adalah berangan-angan atas lenyapnya nikmat pada orang yang ia dengki sekalipun ia tidak tertarik memiliki nikmat yang semisal.   

Bahaya Hasad

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Berhati-hatilah terhadap hasad, sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar” (HR. Abu Dawud 4903)

Dari Dhamrah bin Tsa’labah Radhiyallahu ‘Anhu berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Manusia senantiasa dalam kebaikan selama mereka tidak saling mendengki (hasad)” (HR. Ath Thabrani, Majma’ Zawaid 8/78, wa rijaaluhu tsiqah)


Dinukil dari kitab Al Qasas Al Quraniy karya Dr. Shalah Al Khalidiy terbitan Darul Qolam, Damaskus.
Penerjemah : Syafiq Elquds

No comments:

Post a Comment