Sunday 11 December 2016

Abu Ubaidah Bin Jarrah “Orang Kepercayaan Umat” (Bagian 2)



Seiring dengan semakin beratnya tanggung jawab para sahabat, Abu Ubaidah semakin mantap di jalan kejujuran dan tanggung jawabnya.

Pernah ia diutus oleh Rasulullah untuk memimpin pasukan berjumlah kurang lebih 315 tentara dalam misi Perang Khabat. Bekal yang mereka miliki hanya sekeranjang kurma. Padahal tugasnya sangat berat dan perjalanan yang harus ditempuh juga sangat jauh. Abu Ubaidah menerima tugas itu dengan senang hati dan ikhlas. Rombongan pun berangkat. Dalam sehari, setiap prajurit mendapat jatah bekal segenggam kurma. Bahkan ketika perbekalan sudah sangat menipis, mereka kebagian jatah bekal satu kurma per hari. Setelah persediaan kurma sudah habis, mereka mencari daun tanaman Khabat, lalu ditumbuk dan diminum airnya. 

Ya... Mereka tidak lagi peduli dengan rasa lapar. Yang ada di pikiran mereka adalah menyelesaikan tugas bersama pemimpin mereka yang telah dipilih oleh Rasulullah.

***

Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam sangat sayang dan percaya kepada Abu Ubaidah. Ketika rombongan utusan Najran dari Yaman datang ke Madinah menyatakan keislaman mereka, meminta agar ada guru yang dikirim bersama mereka untuk mengajarkan Al Quran, sunnah, dan ajaran Islam. Rasulullah berkata kepada mereka, 

“Baiklah, aku akan mengirim bersama kalian orang yang tepercaya. Dia benar-benar tepercaya. Dia benar-benar tepercaya. Dia benar-benar tepercaya.”

Mendengar sabda Rasulullah ini, setiap orang dari para sahabat berharap agar dia lah yang menjadi orang itu, karena mendapat kesaksian sangat mulia.

Umar bin Khattab berkata, “Aku sama sekali tidak suka jabatann. Namun kali ini aku menginginkannya, karena aku ingin mendapatkan kesaksian yang mulia itu. Aku berangkat shalat dhuhur di awal waktu. Setelah shalat berjamaan selesai, Rasulullah mengucapkan salam, melihat ke kanan dan ke kiri. Aku tampakkan kepalaku agar dilihat Rasulullah. Beliau terus mencari-cari hingga melihat Abu Ubaidah. Beliau memanggilnya, lalu bersabda, “Pergilah bersama mereka. Putuskan perkara mereka dengan benar.” Maka, Abu Ubaidah berangkat mengemban tugas itu.

Ini bukan berarti hanya Abu Ubaidah yang dipercaya oleh Rasulullah di antara sahabat-sahabat yang lain. Sekali lagi tidak! Peristiwa ini hanya menunjukkan bahwa Abu Ubaidah termasuk satu di antara orang-orang yang mendapatkan kepercayaan dan penghormatan itu. Selain itu, dialah satu dari mereka atau satu-satunya orang yang saat itu, menurut perhitungan dakwah, bisa meninggalkan Madinah, dan mengemban tugas yang sesuai dengan kemampuannya.

***
   
Sebagaiamana di masa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, di masa setelah Rasulullah wafat, ia tetap menjadi orang yang tepercaya. Semua tugas ia laksanakan dengan penuh tanggung jawab. Rasa tanggung jawab yang patut dimiliki oleh seluruh umat manusia,

Ke mana pun panji Islam bergerak, ia berjalan di bawahnya. Ketika sebagai prajurit, ia bagaikan seorang panglima karena keistimewaan dan keberaniannya. Ketika sebagai panglima, ia bagaikan seorang prajurit biasa karena keikhlasan dan sikap rendah hatinya.

Tatkala Khalid bin Walid memimpin pasukan Islam dalam masa pertempuran terbesar yang menentukan, tiba-tiba khalifah Umar mengeluarkan perintah pengangkatan Abu Ubaidah menggantikan posisi Khalid. Ketika berita itu diterima Abu Ubaidah dari utusan Khalifah, ia meminta utusan itu menyimpan berita ini. Abu Ubaidah sendiri mendiamkan permasalahan ini, layaknya seorang zuhud, bijaksana dan tepercaya, hingga Khalid menuntaskan kemenangan pasukan Islam. Baru setelah itu, ia menghadap Khalid dengan penuh hormat dan memberikan surat perintah dari Khalifah.

Khalifah bertanya, “Semoga Allah merahmatimu, wahai Abu Ubaidah. Mengapa tidak kamu sampaikan kepadaku saat kau terima surat ini?”

Abu Ubaidah menjawab, “Aku tidak ingin menghentikan peperangan ini. Bukan kekuasaan dunia yang kita tuju, dan bukan untuk dunia pula kita berbuat. Sebab kita semua adalah saudara yang sama-sama memperjuangkan agama Allah.”

***
                     

Disarikan dari kitab Rijalu Khaula Rasul karya Khalid Muhammad Khalid.
Ditulis ulang oleh Syafiq El quds 

No comments:

Post a Comment