Sunday 11 December 2016

Abu Ubaidah Bin Jarrah “Orang Kepercayaan Umat” (Bagian 3 - Selesai)


                     
Abu Ubaidah menjadi panglima besar di Syam. Selama itu, jumlah dan kekuatan pasukan Islam semakin bertambah. Wilayah Islam juga semakin luas. Namun jika anda bertemu dengannya, anda akan mengira bahwa dia hanyalah seorang prajurit biasa.

Ketika para penduduk Syam membangga-banggakan kepemimpinannya, ia mengumpulkan mereka dan berpidato. Coba perhatikan apa yang ia katakan kepada mereka yang terpesona dengan kemampuan, kebesaran, dan kejujurannya.

“Wahai saudara-saudaraku, aku ini seorang muslim dari suku Quraisy. Siapa pun dari kalian, berkulit hitam atau merah, yang lebih bertakwa daripada aku, maka ia lebih terhormat dariku.”

Allah telah memberimu barokah wahai Abu Ubaidah.

Allah telah memberi barokah kepada agama yang melahirkanmu, dan Rasul yang mendidikmu.

Seorang muslim dari Quraisy. Hanya itu.

Agama : Islam

Suku : Quraisy

Hanya ini identitasnya. Adapun identitas lain: Gubernur wilayah Syam yang dielu-elukan warganya dan Panglima pasukan terbesar dan terkuat, sama sekali tidak berarti baginya.

***

Suatu ketika, Khalifah Umar mengunjungi Syam. Ia bertanya kepada orang-orang yang menyambut kedatangannya, “Di mana saudaraku?”

Mereka balik bertanya, “Siapa?”

Ia menjawab, “Abu Ubaidah.”

Abu Ubaidah datang, lalu Umar merangkulnya. Umar diajak ke rumahnya. Ternyata di rumah Abu Ubaidah tidak terdapat perabotan rumah tangga sama sekali. Yang terlihat hanya sebilah pedang, sebuah perisai dan pelana kuda.

Dengan tersenyum, Umar bertanya, “Mengapa kau tidak memperlakukan dirimu sebagaimana orang-orang kebanyakan?”

Abu Ubaidah menjawab, “Wahai Khalifah, yang seperti inilah yang bisa membuatku istirahat.”

***

Suatu hari, di kota Madinah, ketika Khalifah Umar sedang menyelesaikan permasalahan dunia Islam yang semakin luas, seorang utusan datang mengabarkan kematian Abu Ubaidah.

Umar memejamkan mata menahan air mata yang sudah memenuhi pelupuknya. Namun, air mata yang semakin banyak itu akhirnya tak kuasa dibendung. Kedua matanya terbuka dan mengalir air dengan deras. Ia memohonkan rahmat bagi sahabatnya itu. Semua kenangan manis bersama almarhum terlintas di benaknya. Kata-kata yang sering ia ucapkan kembali terucap, “Seandainya aku bercita-cita, maka cita-citaku hanyalah memiliki sebuah rumah yang dipenuhi orang-orang seperti Abu Ubaidah.”

***

Orang kepercayaan umat ini meninggal dunia di wilayah yang sudah ia bersihkan dari keberhalaan Persia dan penindasan Romawi.

Di sanalah, di tanah Yordania, jasad mulia itu bersemayam. Jasad yang dulu dihuni oleh ruh suci dan jiwa yang tenteram.

Makamnya dikenal orang atau tidak, bukanlah satu hal penting. Jika anda ingin berkunjung ke tempat itu, anda tidak memerlukan penunjuk jalan, karena sejarah hidupnya yang harum akan mengantarkan anda ke tempat itu.

***


Disarikan dari kitab Rijalu Khaula Rasul karya Khalid Muhammad Khalid.
Ditulis ulang oleh Syafiq El quds 

No comments:

Post a Comment